Jumat, 26 Juni 2015

Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia, Mimpikah?



Berbicara Indonesia terkini tidak hanya menyoal politik yang menjadi konsumsi publik setiap detiknya. Dari sekian banyak berita di media, pemberitaan politik selalu menjadi bahasan dan topik yang tiada habisnya. Padahal Indonesia mempunyai PR besar untuk berbenah diri supaya kedaulatan bangsa Indonesia bisa tercapai.
Tentunya dengan pemerintahan baru ini, bangsa Indonesia berharap besar supaya kedaulatan bangsa benar-benar bisa tercapai. Kedaulatan bangsa yang berpihak kepada rakyat bukan berpihak kepada penguasa  yang selalu mengebiri bangsa ini.

Read More »

Label: ,

Selasa, 24 Juni 2014

HIMAKA ADALAH BAGIAN SEJARAH BERHARGA KAMI (Catatan Di Akhir Kepengurusan)

Setiap Orang [adalah] sejarawan untuk dirinya sendiri (Every Man His Own Historian)
-Carl Becker-
Ucapan syukur tak terhingga terus menghiasi lidah dan bibir kami atas karunia dan nikmat Allah, sehingga dengan karunia dan nikmat Allah tersebut kami bisa menjalankan kewajiban kami dengan penuh rasa tanggung jawab akan amanah yang kami emban, sehingga kami bisa menjalankan tugas-tugas sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan atau yang familiar disingkat HIMAKA (Ketua dan Wakil) “Kabinet Sinergi” periode 2013-014 dengan baik, meski di sana sini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Karena hal itu merupakan bagian dari kami sebagai makhluk ciptaan Allah yang tidak mempunyai sifat kesempurnaan.
           Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada berujung dan penghargaan kami khususnya kepada Ketua Prodi/Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan periode sebelumnya dan periode yang baru menjabat, Ibu Dra. Wina Erwina, MA., dan Drs. Pawit M Yusup, MS. Begitupun kepada para Dosen di Prodi Ilmu Informasi dan Perpustakaan, yang tiada lelah telah membimbing, membina, memberi arahan, saran dan masukan kepada kami selaku pengurus HIMAKA.
            Tentunya, kami menyadari tidak ada yang sempurna di dunia ini. Begitupun dengan kepengurusan yang kami emban selama satu periode. Hiruk-pikuk, susah-senang, ataupun kesan dan kesan yang lainnya barangkali hal itu menjadi bagian yang paling berharga yang kami rasakan di akhir kepengurusan. Mengapa demikian? Bagi kami nikmatnya berorganisasi, nikmatnya menjadi aktivis walaupun skala kecil telah memberikan pengalaman dan dampak yang luar biasa bagi kami.
            Kami masih ingat jelas, ketika kami dilantik pertama kali dengan adat sunda. Kami dikukuhkan oleh pihak Prodgram Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan, yang diwakili oleh Pak Asep Saeful Rahman, Pak Kusnandar, Pak Samson CMS, dan yang lainnya. Dengan senjata kujang yang diserahkan kepada kami, melalui Ketua dan Wakil Ketua HIMAKA sungguh menjadi momentum yang sacral bagi kami.
            Tidak terasa, ternyata sudah setahun yang lalu momentum itu kami rasakan. Hari ini, semuanya telah menjadi bagian dari sejarah kami. Karena bagaimanapun setiap orang adalah sejarawan untuk dirinya sendiri (every man his own historian) kata Carl Becker. Begitupun dengan perjalanan yang selama ini telah kami jalankan sekuat tenaga kami selama menjadi pengurus.
            Menjadi bagian dari HIMAKA adalah suatu kehormatan bagi kami, ketika kami meneriakkan “HIMAKA” secara kompak kami seluruh pengurus menjawab dengan teriakan yang keras “Information is Our Quality” dan “Ijo Ijo Ijo”. Sungguh, kala itu bulu kuduk seakan berdiri. Setelah semuanya hanya menjadi bagian dari sejarah perjalanan kami, seketika itu pula sejarah perjalanan kami harus terus berjalan seiring waktu ke waktu. Perjalanan dan perjuangan hidup, tidak boleh berhenti ketika kami teleh selesai menjadi pengurus HIMAKA. Bagi kami, sampai kapanpun HIMAKA terus melekat erat dalam dalam diri kami seperti rembulan di malam hari. Cerah, bersinar, menjadi jawaban dari pertanyaan “Kemana akan melangkah”.
            Ber-HIMAKA telah mengajarkan kami bagaimana membina sebuah keluarga yang harmonis dan romantis. Dengan berbagai terpaan dan cobaan yang kami hadapi, kami masih bisa tersenyum lepas, tertawa terbahak-bahak. Sebab, bagi kami seberapa besar cobaan yang menerpa kami, kami tidak berjalan sendiri-sendiri. Kami selalu bersama, menjalankan sebuah keluarga yang telah kami bangun susah payah ini. Karena HIMAKA tidak bisa hanya dijalankan sendiri-sendiri, HIMAKA harus dijalankan bersama-sama secara sinergis demi mencapai tujuan bersama.
            Setelah perjalanan ini berada pada suatu titik nadir, yaitu kami harus menyerahkan keluarga (HIMAKA) yang telah kami bangun selama satu periode, di mana adik-adik kami-lah yang akan meneruskan perjuangan ini. Tidak ada yang sempurna (no one is perfect) di dunia ini, kesempurnaan hanya milih Allah, Tuhan sekalian alam. Begitupun dengan kepengurusan yang selama satu periode kami jalankan, pasti ada banyak kekurangan, kesalahan, dan kami mengakui itu semua. Dengan harapan, adik-adik kami bisa lebih baik menjalankan kepengurusan HIMAKA di periode selanjutnya.
           Bagi kami, tantangan-tantangan di masa mendatang telah menunggu kami. Walau bagaimanapun kami harus siap dengan tantangan-tantangan yang ada, karena masa mendatang hanya kamilah yang bisa menentukan. Barangkali rumus Arnold J. Tonybe, sejarawan berkebangsaan ingris yang menyatakan bahwa, tingkat keberlangsungan dan derajat kekohan individu di masa depan, akan selau berbading lurus dengan tingkat kemauan dan derajat komitmen individu hari ini untuk merespon tantangan terkininya secara cepat dan tepat. Semua itu, kami dapatkan selama kami menjadi pengurus HIMAKA.          
           Kepada siapapun yang telah berjasa dalam perjalanan kami, kami ucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga. Kami memohon ampun kepada Allah, jika kami belum bisa mengemban amanah selama dikepengurusan HIMAKA dengan baik. Kami juga mohon maaf, kepada siapapun khususnya kepada keluarga besar Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fikom Unpad, apabila selama ini kami banyak salah. Semoga Allah, selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua. Amien…!!!

Label: ,

Rabu, 09 Oktober 2013

#KEEPSMILE


Ada banyak orang yang merasa dirinya serba kekurangan, meskipun dengan keberkecukupan yang dimilikinya. Ada pula yang merasa bahwa apa yang dimilikinya saat ini, hanyalah sebagian kecil pencapaiannya, dan bisa jadi masih banyak lagi obsesinya yang belum tercapai.

Ketika berada dalam zona nyaman, terkadang kita tidak ingin menjauh apalagi pergi dari zona itu. Sering kali, zona yang kita sebut nyaman itu malah terkadang berbalik mencekam keberadaan kita di dalamnya. Bahkan, menjadi satu hal yang sangat menakutkan. Itulah, kenapa ketika berada dalam zona nyaman kita selalu beranggapan bahwa itulah zona kita yang sebenarnya. 

Tidak hanya itu pula, ada banyak sahabat mengatakan "pergilah dari zona nyaman itu, kalo kita ingin menemukan diri kita yang sebenarnya". Boleh jadi memang demikian, tapi apakah yang demikian itulah yang sebenarnya? Hidup ini, memang bagi saya serba kebermungkinan. Mungkin iya, dan mungkin juga tidak. 
Read More »

Label:

Jumat, 21 Agustus 2009

NOVEL

Sehabis makan siang aku duduk di pojok selatan masjid. Sambil menunggu dikumandangkannya adzan ashar aku baca sebuah novel dengan tulisan di cover depan “Atas Nama Cinta”. Sebuah novel yang menceritakan kisah seorang pemuda yang diasuh oleh seorang pelacur dengan ayah angkatnya mantan pilot maskapay penerbangan. Novel ini begitu meyakinkan saya kalau cinta itu hanya milik Allah semata. Tak lama kemudian salah seorang teman mengagetkanku dari belakang sambil berkata “ Uy, lagi baca apaan ni serius amat. Sampe gak dengar panggilan aku. Emang baca apaan kamu?”. Biasa lah By namanya juga pemuda aku lagi baca novel “Atas Nama Cinta” lumayan untuk ngerefresh otak, soalnya sejak tadi pagi otakku lagi dipusingkan dengan pelajaran Matematika yang sulitnya minta ampun. Makanya aku baca novel ini kata teman-teman sih bagus.
“Waduh Bintang hari gini masih baca novel “Atas Nama Cinta”, Coba baca ni novel bagus, novel terjemahan karya Teresa Rodriguez bersama Diana Montane dan Lisa Pulitizer novel terbitan Atria Books, New York, 2007 ini diterjemahkan kedalam bahasa indonesia oleh Rigakittindiya dan Hilmi Akmal. Novel ini lebih mengerikan daripada novel stephen king, pernah baca belum novel ini memiliki banyak liku dan persimpangan daripada plot agatha christie, dan memiliki lebih banyak jumlah korban dibandingkan seri James Bond mana pun dan semua ini nyata bin”.
Novel ini di tulis dari kisah nyata dengan judul terjemahannya di cover depan “Tangisan Di Tengah Gurun” (The Daughters Of Juarez). Novel ini menceritakan tentang jerit dan tangis pilu para ibu yang kehilangan putrinya, rasa takut yang mencekam setiap permpuan di juarez. Sebuah tempat yang terletak di slelatan perbatasan meksiko dengan amerika serikat. Selama lebih dari dua belas tahun kota juarez in menjadi pusat epidemi kejahatan mengerikan terhadap perempuan. Penculikan, pemerkosaan, mutilasi dan pembunuhan. Tak kurang dari 400 tubuh perempuan tak bernyawa telah ditemukanm dan ratusan lainnya masih dinyatakan hilang.
“Haqqon (Beneran) novel ini bikin aku menemukan wahana baru tentang meksiko, jangan Cuma urusan cinta doang diurusin. Baca ni novel selain berisi tentang cerita sedih saja tapi Novel ini berisi tentang sejarah kelam yang dialami kota Juarez di meksiko sana.”
Tanpa basa basi aku ambil novel dengan judul “Tangisan Di Tengah Gurun” (The Daughters Of Juarez). Keesokan harinya dijam yang sama aku telah menamatkan novel yang tebalnya mencapai 396 halaman itu.
Aku baru menyadari bahwa hidup ini harus menyisakan sesuatu yang berharga dan hal itupun tak kan pernh aku capai tanpa aku membaca buku karena buku sebik-baiknya sahabat sepanjang zaman adalah buku, ternyata memang benar buku merupakan paling baiknya teman sepanjang zaman. Buku juga merupakan warisan paling berharga dibandingkan warisan lainnya karena buku menyimpan banyak fenomena yang tak ternilai harganya..
Di muat di Majalah QALAM Nasional edisi IV Juni 2009.

Label: