Rabu, 09 Oktober 2013

#KEEPSMILE


Ada banyak orang yang merasa dirinya serba kekurangan, meskipun dengan keberkecukupan yang dimilikinya. Ada pula yang merasa bahwa apa yang dimilikinya saat ini, hanyalah sebagian kecil pencapaiannya, dan bisa jadi masih banyak lagi obsesinya yang belum tercapai.

Ketika berada dalam zona nyaman, terkadang kita tidak ingin menjauh apalagi pergi dari zona itu. Sering kali, zona yang kita sebut nyaman itu malah terkadang berbalik mencekam keberadaan kita di dalamnya. Bahkan, menjadi satu hal yang sangat menakutkan. Itulah, kenapa ketika berada dalam zona nyaman kita selalu beranggapan bahwa itulah zona kita yang sebenarnya. 

Tidak hanya itu pula, ada banyak sahabat mengatakan "pergilah dari zona nyaman itu, kalo kita ingin menemukan diri kita yang sebenarnya". Boleh jadi memang demikian, tapi apakah yang demikian itulah yang sebenarnya? Hidup ini, memang bagi saya serba kebermungkinan. Mungkin iya, dan mungkin juga tidak. 

Berbagai kebermungkinan yang terjadi itu, bisa saya analogikan dengan beberapa kisah-kisah menarik yang cukup populer di media nasional minggu-minggu ini. Mulai dari kisah AQJ alias Abdul Qadir Jailani, yang menjadi tersangka pada tabrakan di tol Jogorawi bebrapa minggu lalu. Apa iya, dengan umur yang masih 13 tahun itu, menjadi tersangka dan bisa jadi masuk kurungan penjara? Apa iya, pada kecelakaan itu AQJ menjadi satu-satunya orang yang bersalah?

Semuanya memang serba kebermungkinan, seperti saya sampaikan di atas tadi. Mungkin, iya, AQJ bersalah, dan mungkin juga tidak bersalah, karena belum ada teori yang merumuskan bahwa seseorangn ingin mencelakakan dirinya apalagi orang lain. Terkecuali, dalam satu kondisi tertentu yang menginginkan demikian.

Begitupun dengan kisahnya Ruhut yang bergelar si Raja Minyak dari medan, yang menurut kabar diangkat menjadi ketua komisi tiga DPR RI, dengan menggantikan sahabatnya Pasek, walaupun masih belum dilantik. Apa iya, Ruhut layak menggantikan posisi Pasek. Melalui rumus keserba mungkinan tadi, mungkin iya, dan mungkin juga tidak. 

Kisah Vicky Prasetyo alis Herdiyanto pun tak kalah menariknya, karena kisah ini telah cukup membuat geger bangsa baru-baru ini, dengan melibatkan banyak (yang mengaku) artis ibu kota, dengan seabrek kuasa hukum. Telah menjadi kisah menarik tersendiri, apa memang benar Vicky penipu, atau malah sebaliknya. Rumusan teori serba kebermungkinan, bisa jadi berlaku pula dalam kasus ini.

Tentunya, dari berbagai kisah di atas, telah cukup mengaburkan dan menutup rapat-rapat kasus Sengman VS Cikeas. Kalau memang dalam bahasa teman-teman di kampus, mengatakan bahwa "setiap media, selalu memiliki agenda setting (setting agenda) untuk memainkan peran di negeri ini". Sungguh, kisah tadi cukup berhasil mengelabui publik negeri ini. Tapi, tidak dengan saya, hehe. Sengman VS Ciekeas, tetap menjadi kisah tersendiri yang memilukan yang diperankan penguasa negeri ini. 

Tapi, saya tidak mengerti, ketika kisah tadi berhasil mengelabui publik. Lantas bagaimana dengan saya, yang belum bisa mengaburkan pandangan saya ketika logika materil yang saya maknai dengan akal budi saya bertentangan dengan logika perasaan saya. 

Ketika, kisah yang memang sudah mulai saya tata dengan keindahan. Tetapi, keindahan itu kemudian mengabur, layakanya asap yang tidak bisa kita raba dan tidak bisa kita pegang. Tetapi, kita bisa mengetahuinya bahwa asap itu benar-benar ada pada kenyataannya. Itulah yang saya rasakan saat ini, mengabur seperti asap. 

Saya mencoba melakukan hal-hal yang barangkali kata orang konyol, tapi saya lakukan itu lagi-lagi mengabur. Bahkan, hari ini pun saya mencoba mengalihkan isu layaknya kisah sengman vs Cikeas, tapi ternyata saya tidak bisa.

Mungkin memang benar apa yang dikatakan seorang guru pada saya, "cinta dan perasaan itu memiliki logikanya sendiri, tidak sama dengan logika materil yang saya maknai dengan akal budi" Dan mungkin juga #keepsmilenya Sesar, cukup membuat saya selalu tegar, walaupun tidak. 

Ini bukan hanya soal perempuan, tapi lebih dari itu. Perihal perempuan, saya selalu meyakini, -perempuan datang atas nama cinta-

----sebuah catatan kecil, tak terhingga----

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda