Rabu, 17 Oktober 2012

MARI MENDONGENG BERSAMA KANG ARYO

            Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, kata Dongeng sudah tidak asing lagi. Dongeng seakan menjadi ruh kehidupan masyarakat Indonesia. Tentu, dulu semenjak kecil kita pernah mendengar sebuah dongeng yang mungkin didongengkan oleh Guru kita semenjak di Taman Kanak-Kanak, atau bahkan sebelum kita tidur, Ibu kita pernah mendongeng sembari menina bobokkan kita.
Mohammad Aryo Faridh Zidni,S.Hum, 
dalam acara Studium General tentang
"The Magical of Stody Telling, pada
Rabu 10 Oktober 2012, di aula Moestopo

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Padjadjaran Jatinangor.
            Hanya saja terkadang kita tidak menyadari apa yang dulu pernah diceritakan atau dijelaskan oleh Guru, atau Ibu kita itu merupakan bagian dari dongeng. Lantas kita mungkin bertanya-tanya apa sebenarnya yang dimakusdkan dengan dongeng? Sebenarnya penting tidak dongeng itu? Mengapa harus ada dongeng? Apa sih filosofi yang terkandung dalam dongeng itu? Siapa yang semestinya mendongeng?
            Dalam kesempatannya, Mohammad Aryo Faridh Zidni, S.Hum, seorang yang bisa disebut ahli dalam hal “Dongeng”, memberikan kuliah umum (stadium general) kepada Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi, angkatan 2011. Kuliah umum  (stadium general) dengan tema “The Magical Of Story Telling” yang diadakan pada Rabu 10 Oktober kemaren cukup meriah. Pemaparan yang lugas, santun, dan menarik dari Kang Aryo telah menyihir segenap mahasiswa untuk tertegun sembari memperhatikan apa yang disampaikannya. Tidak terlepas dari tepuk tangan mahasiswa menambah kemeriahan acara ini.
            Antusiasme peserta kuliah umum (stadium general) menambah semakin menariknya acara ini. Acara yang dimulai dari jam 13.00 WIB ini berakhir sekitar jam 15.30-an dengan tidak membuka sesi Tanya jawab. Pada pemaparannya Kang Aryo banyak membahas bagaimana semangat mendongeng lahir dari peserta kuliah umum (stadium general) ini. Beberapa pertanyaan-pertanyaan di atas, dikupas tuntas oleh kang Aryo dengan jelas.
            Kang Aryo menyampaikan bahwa “Dongeng atau dalam bahasa inggris lebih dikenal dengan “Story Telling” merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh komunikate (komunikator dan komunikan). Pada dasarnya dalam “Story Telling” si komunikator atau si Pendongeng ini ingin menjelaskan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan kepada komunikan”. Kegiatan mendongeng tidak mengenal latar belakang budaya, mendongengpun boleh ke siapapun, ke anak normal maupun abnormal.
            Di samping itu pula, sebenarnya dalam mendongeng tidak hanya sekedar menghibur belaka, melainkan ada hal-hal lain yang ingin disampaikan di sana. Nilai-nilai kehidupan (Value of life) menjadi tujuan utama dalam kegiatan mendongeng ini. Ambil contoh dari kisah Malin Kundang, seorang anak yang durhaka terhadap Ibunya sehingga dikutuk menjadi batu. Hal  itu, merupakan dongeng yang mengandung nilai-nilai kehidupan, bagaimana semestinya seorang anak harus patuh dan tunduk terhadap ibunya.
            Selian Nilai-nilai kehidupan (Value of life) yang ingin disampaikan, Kang Aryo menyampaikan ada hal lain seperti membuat anak gemar membaca dan nantinya diharapkan bisa membaca (literacy skill), memberi pengetahuan tentang sejarah (story atau knowledge), membentuk karakter anak, mempererat harmonisasi keluarga, dan tidak lupa pula juga untuk membentuk supaya anak bisa imajinatif dan kreatif (imaginative dan creative learning).
Bagaiman Mendongeng yang Baik
Kang Aryo menyampaikan, ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi dalam mendongeng. Mendongeng yang baik syarat utamanya adalah Jujur, bagaimana seorang pendongeng harus Jujur tentang kelebihan dan kekurangannya kepada peserta dongeng (anak-anak). Akan lebih menarik tentunya ketika seorang pendongeng berkata jujur kalau dia tidak bisa ini dan itu, antusias peserta dongeng akan ada tidak hanya sekadar pendongeng mampu atau tidak membawa suasana, tapi kejujuran itu juga menjadi penting.
            Mendongeng tidak hanya kecakapan berkomunikasi belaka, melainkan mendongeng harus terlahir dari hati. Mengapa demikian? Sebab komunikasi dua arah dalam dongeng ini akan jauh lebih mengena ketika dikomunikasikan dengan dengan hati (sense). Apabila mendongeng dengan jujur dan dengan hati, tentunya akan berpengaruh besar terhadap pola dan mekanisme dalam penyampaian dongeng tersebut. Si pendongeng akan jauh lebih mengerti bagaimana body languagenya, ekspresi muka, bagaimana gerak-gerik matanya ketika mendongeng. Justru dengan hal itulah, proses mendongeng akan berjalan dengan baik dan efektif, layaknya sebuah komunikasi yang efektif.
            Terlepas dari itu semua, bagaimana feed back setelah kegiatan mendongeng itu bisa membangkitkan gairah dan semangat membaca bagi peserta dongeng. Karena secara esensial membaca merupakan jantungnya pendidikan. Hal yang cukup esensial yang disampaikan Kang Aryo adalah “reading well, is the heart of all learning, and children who can’t read well, cant’ learn.”
Apa yang ada dalam Dongeng
Tidak hanya dalam peperangan saja yang memerlukan senjata, dalam dongengpun ada beberapa senjata utama yang perlu disiapkan oleh seorang pendongeng. Senjata paling utama dari sebuah pendongeng adalah cerita itu sendiri. Cerita yang menarik tentu akan menjadi hal positif bagaimana dongeng itu berlangsung. Ada tiga macam cerita dalam bentuk buku, yaitu picture book, illustrated book, dan text book.
            Selain cerita sebagai senjata utama dalam sebuah dongeng, bagaimana si pendongeng mengeluarkan suara ketika kegiatan mendongeng berlangsung. Si pendongeng tidak harus merubah-rubah suaranya dalam mendongeng. Dengar suara yang tegas akan memicu peserta dongeng untuk mendengarkan.
Ada juga selain suara, mimik atau raut wajah (expression) juga menjadi penting dalam kegiatan mendongeng. Mimik atau raut wajah (expression) si pendongeng sangat berpengaruh terhadap antusiasme jalannya dongeng tersebut. Bagaimana raut wajah si pendongeng ketika jalan cerita dalam dongeng tersebut sedih, riang gembira, dan semacamnya.
            Sebenarnya ada juga selain yang di atas, yang menjadi senjata dalam kegiatan mendongeng, yaitu gesture atau body language seorang pendongeng. Hal itu juga berpengaruh terhadap jalannya sebuah cerita dalam dongeng akan menarik atau tidak.
            Dengan demikian, mendongeng sejauh ini masih sangat penting keberadaannya. Apalagi bagi mereka yang terkena musibah atau benaca alam. Kegiatan mendongeng ini  akan sangat menghibur bagi mereka yang terkena musibah dan bencana alam tadi., dan trauma kejadian yang pernah dialami mereka bisa diobati dengan kegiatan dongeng tadi. Sehingga benar adanya bahwa the story telling is a magical to everyone in giving happiness and healthy thinking.
    
               

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda