Rabu, 26 Oktober 2011

SEJARAH HURUF; PERKEMBANGAN PERADABAN MANUSIA DAN “MADURESE CULTURE”

Prolog
            Memperbincangkan mengenai sejarah, langkah awal yang semestinya harus dilakukan adalah mencari sumber sejarah yang menjadi objek penulisan. Sejarah perkembangan manusia tidak bisa dikaji hanya dengan menggunakan rasio belaka, melainkan perbincangan sejarah harus dilatar belakangi dengan data yang mumpuni untuk membuktikan kebenaran sejarah tersebut.
            Dalam berbagai referensi, sejarah perkembangan peradaban manusia terbagi menjadi dua bagian, yaitu, manusia pra-sejarah dan manusia sejarah. Manusia prasejarah, diartikan sebagai masa yang berkembang dalam ranah kehidupan manusia, di mana manusia yang hidup pada masa itu belum mengenal tulisan. Sedangkan manusia sejarah adalah manusia yang hidup setelah manusia pra-sejarah, yaitu manusia yang telah mengenal tulisan.
            Kesenjangan sejarah akan terjadi ketika bukti sejarah, peninggalan sejarah dan data sejarah tersebut tidak bisa membuktikan kebenaran sejarah (reality history) yang terjadi. Untuk itulah, peradaban manusia yang sampai pada kita saat ini merupakan sebuah proses panjang yang tak lepas dari bukti sejarah yang ada.

            Ada sebuah contoh kasus tentang latar belakang manusia, yang dibintangi oleh Charles Darwin sebagai pencetus teori evolusi. Charles Darwin mengatakan bahwa, manusia merupakan proses akhir dari spesies kera. Dengan kata lain, nenek moyang manusia berasal dari kera. Kasus inilah yang menjadi goncangan terbesar terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. Tidak ayal, jika teori evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin tersebut ditentangan keras oleh agama samawi seperti Islam, Kristen dan Yahudi.[1] Bukti real tersebut menjadi contoh kongkrit betapa egoisnya Charles Darwin dalam menyimpulkan sebuah teori, yang kemudian disebut sebagai teori evolusi (theory evolution)
            Begitu pula untuk menulis “sejarah huruf”, yang berkembang dalam tatanan kehidupan manusia, hal ini juga harus dilengkapi dengan referensi-referensi mumpuni, lebih-lebih huruf merupakan media informasi antar manusia.[2] Apalagi kajian yang akan penulis lakukan di sini merupakan mediasi ilmiah terhadap sejarah huruf dan peradaban manusia, yang kemudian dikorelasikan dengan Madurese Culture (local wisdom) yang tumbuh di Indonesia.
            Huruf, yang dalam hal ini merupakan sebuah media informasi, dalam artian huruf juga merupakan media komunikasi yang menjadi awal lahirnya berbagai media-media komunikasi lainnya. Contoh kongkritnya, adanya Koran (news paper), majalah (magazine), percetakan, media informasi online dan lainnya, semuanya itu berawal dari lahirnya huruf pertama kali.
Pentingnya sebuah informasi, sudah tidak diragukan lagi eksistensinya. Tidak salah jika kemudian informasi menjadi bagian dari sebuah trinitas yang seolah-olah suci. Trinitas tersebut meliputi, informasi, pendidikan dan hiburan (entertainment). Dalam sebuah keterangan ilmiah, trinitas (informasi, pendidikan dan hiburan) sudah jauh berkembang pesat dan diakui sepenuhnya sebelum populernya istilah “masyarakat informasi” dan “teknologi informasi” , yaitu sekitar tahun 1970-an dan 1980-an.[3]
Hanya saja, unsur-unsur dari sebuah trinitas tadi harus bisa diidentifikasi dengan bahasa yang baik, meskipun tidak semuanya bisa dapat diidentifikasi dengan bahasa yang sama. Seperti halnya, pada abad ke-17 dan ke-18, ketiga trinitasi tadi, seperti informasi biasanya dijelaskan sebagai “kecerdasan”, pendidikan sebagai “pelajaran” dan hiburan sebagai “rekreasi”, “pembunuh waktu”, dan “kesenangan”.
Nah, untuk itulah sejarah huruf harus betul-betul dipahami sehingga tidak ada kesimpangsiuran interpretasi, apalagi ketika dikorelasikan dengan peradaban manusia. Begitupula, ketika sejarah huruf dan peraban manusia akan dikorelasikan dengan budaya lokal (local wisdom). Maka, kajiannya harus melalui proses panjang yang tidak terlepas dengan “sejarah” tadi.
Hipotesis yang ditawarkan dalam tulisan ini, bahwa Huruf, Bahasa, Budaya, Sejarah dan Peradaban manusia, merupakan satu kesatuan sistem yang tak terpisahkan. Artinya, kesemuanya saling berhubungan satu sama lainnya.
Batasan kajian dalam tulisan ini, mengkaji tentang sejarah huruf (huruf paku, huruf hiroglip, huruf Cina, Huruf India), dan mengenai huruf tersebut konsentrasinya lebih terhadap huruf alfabet yang saat ini kita pakai sebagai media informasi sehari-hari. Mengenai peradaban manusia, kajiannya lebih ditekankan terhadap kajian yang dilakukan oleh Franz Dahler dan Eka Budianta (Pijar Peradaban Manusia) dan  Asa Briggs dan Peter Burke dalam bukunya Sejarah Sosial Media (Dari Gutenberg Sampai Internet). Sedangkan mengenai local wisdom, kajian ini lebih ditekankan terhadap kajian mengenai Budaya Madura.
Untuk itulah, hal pertama yang ingin dijelaskan dalam tulisan ini adalah korelasi huruf ditinjau dari perspektif sejarah, terhadap peradaban manusia dan budaya local (local wisdom) yang berkembang hingga saat ini. Hanya saja, hal ini dimaksudkan sebagai sebuah usaha kajian atau mediasi ilmiah, yang nantinya diharapkan pengetahuan yang telah ada bukan hanya dijadikan sebagai pradigma berpikir (think paradigm) saja melainkan, pengetahuan itu bisa menjadi pola hidup. Sehingga tatanan berpikir manusia tidak mandeg dalam proses berpikir ilmiah saja, tetapi bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sejarah Huruf dan Peradaban Manusia
            Sejarah merupakan kilasan peristiwa yang sudah terjadi pada masa lalu (lampau), sejarah juga merupakan satu hal yang sangat urgen untuk dipelajari, apalagi sejarah yang berhubungan dengan peradaban manusia.
            Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, huruf merupakan media informasi antar manusia, untuk saling mengenal, berbagi pengalaman (sharing writen), berbagi informasi dan masih banyak lagi kegunaannya. Permasalahannya sekarang adalah, sejak kapan huruf mulai digunakan dalam kehidupan manusia hingga saat ini.? Kemudian adakah perbedaan huruf yang digunakan antar bangsa (nation) yang satu dan lainnya.?
            Berbagai pertanyaan yang muncul tadi, Georg Scheder, menyatakan bahwa sejarah huruf pertama kali muncul sekitar 3000 tahun yang lalu. Pada waktu itu, Bangsa Sumeria yang berada di daerah antara sungat Efrat dan Tigris (Irak sekarang), adalah bangsa yang pertama kali menciptakan dan menggunakan “huruf-huruf paku” yang merupakan cikal bakal dari lahirnya tulisan (huruf) pertama kali yang dikembangkan di dunia.[4] Akan tetapi, ketika Sumeria ditaklukkan oleh oleh bangsa lain, mereka yang telah menaklukkan Sumeria berbaur dengan orang-orang Sumeria, dan kemudian mengambil alih tulisan orang Sumeria. Pada akhirnya, orang-orang Babilonia, Persia dan bangsa-bangsa yang lain mengembangkan “huruf-huruf paku” tadi, sehingga tulisan-tulisan (huruf-huruf) yang mereka kembangkan bertahan dan dipakai sampai awal masa perhitungan tahun dunia barat.
            Kemudian, pada sekitar 5000 tahun  yang lalu, di kawasan sungai NIL (mesir) berkembang  tulisan (huruf) “hiroglip”. Pada awalnya, tulisan “hirogliop” merupakan tulisan murni yang takkikan (tuliskan) pada batu pada masa itu.[5] Dalam keterangan yang lain, sejarah huruf bermula di daerah Mesir Purba, yaitu sekitar tahun 2700 SM. Pada waktu itu, orang-orang Mesir Purba membuat huruf “hiroglip” sebanyak 22, hal ini dilakukan oleh mereka dengan tujuan untuk mempersembahkan konsonan individu dari bahasa yang mereka gunakan.[6]
            Di samping tulisan (huruf) paku dan hiroglip, seluruh bangsa telah banyak mengembangkan tulisan (huruf) mereka, seperti halnya Cina dan India. Huruf Cina, mulai dikembangkan sejak abad ke-14 SM., menariknya huruf-huruf Cina yang mereka kembangkan, setiap tanda (huruf) mempunyai arti sebuah kata. Sedangkan di India, dengan tulisannya (huruf) yang dikenal dengan “Sanskrit” juga berkembang sekitar abad ke-14, tidak jauh beda dengan CIna.[7]
            Sedangkan huruf yang sampai pada kita saat ini, yang biasa dikenal dengan huruf Alfabet (Alphabet), sejarahnya berawal kira-kira 2.500 tahun yang lalu. Huruf-huruf alfabet Inggris dikembangkan atas dasar alfabet Romawi.[8] Dalam referensi yang lain, huruf Alfabet (Alphabet) sebenarnya berasal dari bahasa semit, dan secara etimologinya huruf “Alphabet” teridir atas dua kata, yaitu, aleph (lembu jantan) dan beth (rumah). Sedang bangsa semit, merupakan bangsa yang pertama kali menggunakan huruf Alfabet (Alphabet) tadi. Wilayah perkembangan huruf Alfabet (Alphabet) dalam satu keterangan, berkembang ke Jazirah Arab Utara, Asia Kesil dan Eropa, Jazirah Arab Selatan, dan kemudian sampai pada kita saat ini, sebagi media informasi antar manusia.[9] Namun, tidak bisa dipungkiri peradaban manusia tidak bisa lepas dari sejarah huruf yang merupakan media informasi antar manusia.
            Charles Darwin dengan teori evolusinya, tidak bisa menyangsikan bahwa penciptaan manusia tidak terlepas dari unsur ilahi, yang menjadi konseptor utama dari adanya dunia dan seisinya, begitu pula dengan adanya manusia. Manusia, bukan organisme yang berasal dari kera, bukan berasal dari kera, seperti yang dinyatakan oleh Charles Darwin. Dan inilah paradigma berpikir yang harus menjadi pola pikir dan pola hidup bersama. Sehingga, teori evolusi yang dicetuskan Charles Darwin, hanya sekedar teori belaka yang tidak bisa menentang ketentuan tuhan (Allah).
            Teori Darwinisme yang lebih dikenal sebagai teori evolusinya Charles Darwin, dengan pernyataan bahwa “manusia berasal dari kera” menjadi latar belakang yang menjadikan Charles Darwin kehilangan reputasi ilmiahnya.[10] Merujuk kepada pendapat Dr. Komaruddin Hidayat, ia menyatakan bahwa asal-usul manusia merupakan makhluk biologis, hal ini merujuk pada kandungan Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang kemudian dikorelasikan dengan pendapat para ilmuan. Dengan keputusan akhir, bahwa manusia berasal-usul dari air sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Meskipun, manusia bagian dari berbagai makhluk biologis, asal-usul penciptaannya berbeda dengan makhluk biologis lainnya.[11]
            Dengan kata lain, evolusi manusia berbeda dengan evolusi tumbuhan dan binatang.[12] Ketika evolusi manusia disamakan dengan evolusi tumbuhan dan binatang, maka kerusakan akan terjadi dalam ranah berpikir dan pola pikir manusia.
            Setelah mengetahui proses adanya manusia, peradaban manusia yang menjadi acuan dari kajian ini yang sudah bermula ribuan tahun yang lalu, bisa dibilang peradaban manusia dimulai semenjak adanya Nabi Adam dan Siti Hawa. Karena memang, proses  awal manusia bermula semenjak adanya Nabi Adam dan Siti Hawa. Kemudian, berkembanglah peradaban manusia dari masa ke masa hingga sampailah kepada kehidupan kita saat ini.

Madura, Pulau dengan Budaya Eksotis
            Pulau Madura, merupakan pulau yang cukup menarik, selain untuk dikunjungi sebagai tempat wisata, Pulau Madura juga cukup menarik untuk dikunjungi dalam budaya lokal (local wisdom) yang ada. Sehingga tidak salah, jika banyak peneliti budaya dan sejarah baik dalam negeri maupun luar negeri yang meneliti tentang Madura.
            Salah satu peneliti yang mungkin kita kenal yang telah meneliti tentang Madura seperti, seperti Hube de Jonge (Belanda), Helene Bouvier (Perancis), dan yang juga tidak asing lagi adalah Prof. Kuntowijoyo (Indonesia), salah seorang sejarawan yang banyak menghasilkan karya, dengan karyanya yang cukup popular, yang berjudul Madura.   
            Pulau Madura, merupakan salah satu pulau yang berada di kawasan provinsi Jawa Timur. Pulau Madura memiliki empat kabupaten (Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep). Menariknya, meski ke empat kabupaten berada dalam kawasan pulau Madura, budaya antara kabupaten yang satu dan yang lainnya berbeda.
            Helene Bouvier, menulis, bahwa kepulauan Madura yang terdiri dari sekitar tujuh puluh pulau, memiliki banyak budaya yang cukup eksotis.[13] Dalam tulisan ini, local wisdom yang akan dikedepankan adalah mengenai, musik, instrumen dan Orkes.
            Kebanyakan orang menyatakan, Pulau Madura, rata-rata penduduknya kasar dan tidak berbudaya. Hanya saja pernyataan tersebut dibantah oleh Dr Huub de Jonge yang merupakan antropolog Madura asal Belanda. Dr Huub de Jonge, selama kurang lebih sepuluh bulan tinggal di pulau Madura paling timur (sumenep) bersamaan dengan istrinya, Dr Huub de Jonge telah mengalami proses empiris, sehingga berakhir pada suatu kesimpulan bahwa masyarakat Madura tidak kasar dan berbudaya.[14]
            Berbicara masalah budaya, meminjam istilalah yang diprakarsai oleh Kuncoro Ningrat, ia menyatakan bahwa ada tujuah unsur budaya yang berkembang dalam tatanan kehidupan, yaitu, unsur Peralatan dan  perlengkapan hidup, mata pencaharian hidup dan  sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, religi.[15]
            Dalam tulisan ini, budaya yang diambil dari pulau Madura adalah mengenai, musik, instrumen dan Orkes. Helene Bouvier, menulis bahwa ada tujuh kesenian yang ada dan berkembang di Madura, yaitu, Tongtong, Orkes Okol, Saronen, Gamelan, Gambus, Terbhang dan Orkes Melayu.[16]
            Pernyataan yang paling tepat, yang bida diungkpkan saat ini adalah pulau Madura, meruplakan pulau yang syarat akan budaya yang cukup eksotis.

Epilog
            Tidak bisa dibayangkan, apabila teori evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin bertahan sampai sekarang, pertanyaan besar yang akan terus bertahan adalah dimanakah identitasi manusia yang sebenarnya.? Hanya saja, kita patut berbangga diri, karena teori evolusi Charles Darwin akhirnya bisa dimentahkan dan diruntuhkan teori Harun Yahya, sehingga teori Darwinisme dan evolusinya bisa berakhir.
            Perjalanan sejarah peradaban manusia tidak akan terlepas dari sejarah huruf, tulisan, bahasa, budaya dan unsur lainnya yang mendukung. Dengan kata lain, perkembangan peradaban manusia akan selalu ditopang dengan sejarah masa lalu yang tidak terlepas dari unsur budaya, baik itu budaya lokal (local wisdom) maupun budaya yang berkembang secara internasional.
Sebagai akhir kata dari tulisan ini, penulis ingin mengutip sebuah perkataan yang cukup menarik (exciting) yang dikatakan oleh Jostein Gaarder, ia mengatakan bahwa “hanya orang bijaksanalah yang mengakui bahwa dirinya tidak tahu”. Maka dari itulah, tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik, saran dan tanggapan ilmiah akan menjadi penghargaan berharga yang tak ternilai harganya.
           


Sumber Tulisan:

Bouvier, Helene.,  2002, Lebur!: Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura, Jakarta: Penerbit Yaasan Obor Indonesia,  cet. I.
Briggs,  Asa dan Peter Burke., 2006, SEJARAH SOSIAL MEDIA: Dari Gutenberg sampai Internet, Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Edisi I.
Dahler, Franz dan Eka Budianta., 2004, Pijar Peradaban Manusia, Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), cet. V.
Kuntowijoyo., 2002, PERUBAHAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT AGRARIS: MADURA 1850-1940, Jogjakarta, MATABANGSA, cet. I.
Scheder , Georg.,  1989, Perihal Cetak-Mencetak, Yogyakarta : Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), cet. XVIII.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Sejarah_huruf, dikunjungi, Ahad, 25 September 2011 (18:24 WIB)
http://www.indonesiamatters.com/1163/madurese/, dikunjungi, pada Senin, 26 April 2011 (01:36 WIB)
http://hack87.blogspot.com/2010/03/sejarah-huruf-alfabet.html, dikunjungi pada, Senin 26 September 2011 M (06:08)


[1] Charles Darwin, dengan sebuah bukunya “On The Origin of Species by Means of Natural Selection”, mengguncang peradaban manusia. Mengapa tidak, sebuah teori evolusi yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang berada di muka Bumi ini, tidak secara instan ada dalam bentuk yang demikian. Melainkan, segala sesuatunya terjadi dalam bentuk yang disebut sebuah “proses”, sebuah proses panjang yang tidak hanya ratusan tahun, bahkan bermiliar tahun sehingga sampailah pada bentuk-bentuk yang ada saat ini di muka Bumi. Begitu pula dengan manusia, manusia merupakan satu organisme yang telah mengalami perkembangan (evolution) dari satuan organisme yang sama. Dalam hal ini, Darwin menyimpulkan bahwa satuan organism yang telah berbentuk manusia ini, merupakan evolusi dari sejenis organisme yang disebut hominoid baik berasal darisimpanse, gorilla, dan orang utan. Jadi, sederhananya teori yang dikumukakan Charles Darwin ini sekitar tahun 1858, menyimpulkan bahwa “manusia berasal dari kera”. Inilah yang kemudian mendapatkan banyak tantangan dari berbagai pihak, lebih-lebih dari pihak Agama Islam. 
[2] Dalam sebuah kesempatan (19/09), Ibu Dra. Sukaesih, M.Si menyampaikan dalam mata kuliah Pengantar Dokumentasi danKearsipan, tentang fungsi huruf dalam kehidupan  manusia. Beliau dalam penyampaiannya menatakan bahwa “Hufur merupakan media informasi antar manusia”, dengan kata lain huruf merupakan media (alat) yang syarat akan finformasi.
[3] Pada abad 1970-an dan 1980-an, ada sebuah istilah yang cukup popular pada masa itu, yang disebut “masyarakat informasi dan “teknologi informasi”. Namun, istilah “trinitas” yang meliputi informasi, pendidikan dan hiburan (entertainment) yang telah diakui jauh sebelum populernya istilah “masyarakat informasi” dan “teknologi informasi” tadi. Lihat, Asa Briggs dan Peter Burke, SEJARAH SOSIAL MEDIA:Dari Gutenberg sampai Internet, Penerbit Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, Edisi 1, th.  2006, hal. 230.
[4] Georg Scheder, Perihal Cetak-Mencetak, penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta, cet. XVIII, th. 1989, hlm. 11-12.
[5] Ibid, 12-13
[6] http://ms.wikipedia.org/wiki/Sejarah_huruf, dikunjungi, Ahad, 25 September 2011 (18:24 WIB)
[7] Sejak abad ke-14, bisa dikatakan abad yang syarat akan terjadinya perkembangan dalam dunia tulisan (huruf). Pada masa tersebut, bisa dikatakan seluruh bangsa tengah gencar-gencarnya mengembangkan tulisan (huruf) yang mereka buat, ciptakan atau bahkan yang mereka kembangkan dari tulisan (huruf) dari bangsa lainnya. Bangsa Aztek yang berada di kawasan Amerika Selatan juga mengembangkan baik-baik sistem tulisannya. Begitu pula dengan Cina dan India. Sampainya tulisan India ke Indonesia, dilatar belakangi adanya pengungsi-pengungsi dari dari India yang datang ke Indonesia, dan dengan membawa tulisan (huruf) mereka yang kemudian diperkenalkan terhadap orang-orang Indonesia. Kemudian, di Indonesia tulisan-tulisan atau huruf-huruf India tadi, kemudian dikembangkan lebih lanjut yang kemudian digunakan untuk menulisi batu-batu atau yang biasa disebut Palawa. Hanya saja, setelah perkemabangan dari waktu ke waktu, pengaruh tulisan (huruf) Arab, terus berkembang di Indonesia yang kemudian tulisan Arab tadi lebh dominan dibandingkan tulisan India. Lihat, Georg Scheder, Perihal Cetak-Mencetak, penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta, cet. XVIII, th. 1989, hlm. 13.
[9] http://hack87.blogspot.com/2010/03/sejarah-huruf-alfabet.html, dikunjungi pada, Senin 26 September 2011 M (06:08)
[10] Franz Dahler dan Eka Budianta, Pijar Peradaban Manusia, Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta, cet. V, th. 2004, hlm. 91
[11] Ibid, 138
[12] Ibid, 155.
[13] Helene Bouvier, Lebur: Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura, Penerbit Yaasan Obor Indonesia, Jakarta, cet. I, th. 2002, hlm. 21. 
[14] http://www.indonesiamatters.com/1163/madurese/, dikunjungi, pada Senin, 26 April 2011 (01:36 WIB)
[15] Dalam sebuah kesempatan (22/08), Dosen Mata Kuliah “Dokumentasi dan Kersipan”, Pak Samson, memaparkan tentang banyak hal yang berkaitan dengan budaya. Salah satunya, menerangkan tentang tujuh unsure budaya yang dinyatakan oleh Kuncoro Ningrat.
[16] Helene Bouvier, Lebur!: Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura, Penerbit Yaasan Obor Indonesia, Jakarta, cet. I, th. 2002, hlm. 39-89

Label:

1 Komentar:

Pada 17 April 2015 pukul 18.46 , Blogger Unknown mengatakan...

Pengen Tahu Sejarah Penulisan dan Perkembangannya Mulai Dari Tulisan Kuno Hingga Modern?

Ini dia jawabannya => http://www.tulisantulisan.com/?p=807

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda