Jumat, 21 Agustus 2009

NOVEL

Sehabis makan siang aku duduk di pojok selatan masjid. Sambil menunggu dikumandangkannya adzan ashar aku baca sebuah novel dengan tulisan di cover depan “Atas Nama Cinta”. Sebuah novel yang menceritakan kisah seorang pemuda yang diasuh oleh seorang pelacur dengan ayah angkatnya mantan pilot maskapay penerbangan. Novel ini begitu meyakinkan saya kalau cinta itu hanya milik Allah semata. Tak lama kemudian salah seorang teman mengagetkanku dari belakang sambil berkata “ Uy, lagi baca apaan ni serius amat. Sampe gak dengar panggilan aku. Emang baca apaan kamu?”. Biasa lah By namanya juga pemuda aku lagi baca novel “Atas Nama Cinta” lumayan untuk ngerefresh otak, soalnya sejak tadi pagi otakku lagi dipusingkan dengan pelajaran Matematika yang sulitnya minta ampun. Makanya aku baca novel ini kata teman-teman sih bagus.
“Waduh Bintang hari gini masih baca novel “Atas Nama Cinta”, Coba baca ni novel bagus, novel terjemahan karya Teresa Rodriguez bersama Diana Montane dan Lisa Pulitizer novel terbitan Atria Books, New York, 2007 ini diterjemahkan kedalam bahasa indonesia oleh Rigakittindiya dan Hilmi Akmal. Novel ini lebih mengerikan daripada novel stephen king, pernah baca belum novel ini memiliki banyak liku dan persimpangan daripada plot agatha christie, dan memiliki lebih banyak jumlah korban dibandingkan seri James Bond mana pun dan semua ini nyata bin”.
Novel ini di tulis dari kisah nyata dengan judul terjemahannya di cover depan “Tangisan Di Tengah Gurun” (The Daughters Of Juarez). Novel ini menceritakan tentang jerit dan tangis pilu para ibu yang kehilangan putrinya, rasa takut yang mencekam setiap permpuan di juarez. Sebuah tempat yang terletak di slelatan perbatasan meksiko dengan amerika serikat. Selama lebih dari dua belas tahun kota juarez in menjadi pusat epidemi kejahatan mengerikan terhadap perempuan. Penculikan, pemerkosaan, mutilasi dan pembunuhan. Tak kurang dari 400 tubuh perempuan tak bernyawa telah ditemukanm dan ratusan lainnya masih dinyatakan hilang.
“Haqqon (Beneran) novel ini bikin aku menemukan wahana baru tentang meksiko, jangan Cuma urusan cinta doang diurusin. Baca ni novel selain berisi tentang cerita sedih saja tapi Novel ini berisi tentang sejarah kelam yang dialami kota Juarez di meksiko sana.”
Tanpa basa basi aku ambil novel dengan judul “Tangisan Di Tengah Gurun” (The Daughters Of Juarez). Keesokan harinya dijam yang sama aku telah menamatkan novel yang tebalnya mencapai 396 halaman itu.
Aku baru menyadari bahwa hidup ini harus menyisakan sesuatu yang berharga dan hal itupun tak kan pernh aku capai tanpa aku membaca buku karena buku sebik-baiknya sahabat sepanjang zaman adalah buku, ternyata memang benar buku merupakan paling baiknya teman sepanjang zaman. Buku juga merupakan warisan paling berharga dibandingkan warisan lainnya karena buku menyimpan banyak fenomena yang tak ternilai harganya..
Di muat di Majalah QALAM Nasional edisi IV Juni 2009.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda