Jumat, 26 Juni 2015

Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia, Mimpikah?



Berbicara Indonesia terkini tidak hanya menyoal politik yang menjadi konsumsi publik setiap detiknya. Dari sekian banyak berita di media, pemberitaan politik selalu menjadi bahasan dan topik yang tiada habisnya. Padahal Indonesia mempunyai PR besar untuk berbenah diri supaya kedaulatan bangsa Indonesia bisa tercapai.
Tentunya dengan pemerintahan baru ini, bangsa Indonesia berharap besar supaya kedaulatan bangsa benar-benar bisa tercapai. Kedaulatan bangsa yang berpihak kepada rakyat bukan berpihak kepada penguasa  yang selalu mengebiri bangsa ini.

Gagasan besar menjadikan Indonesia sebagai “Poros Maritim Dunia” menjadi titik balik bangsa Indonesia. Indonesia atau Nusantara, seperti disinyalir oleh sejumlah pakar ilmu kelautan, adalah kawasan kepulauan terbesar di dunia. Ditempat inilah, kurang lebih 17.508 pulau terhampar dengan luas yang mencapai 5,8 juta km2, garis pantai terpanjang di dunia berada dengan panjang 81.000 km (14% dari garis pantai yang ada di seluruh dunia).
Kita bisa menambahkan bahwa di kawasan ini juga filosof dan sastrawan terkenal Sultan Takdir Alisyahbana memproyeksikan munculnya Kawasan Peradaban Besar Ketiga, setelah Peradaban Besar Pertama di Laut Tengah, Pantai Selatan Eurofa dan Afrika Utara yang berakar pada tradisi intelektual Yunani-Latin;  dan Peradaban Besar Kedua di kawasan Atlantik, Eurofa Barat dan Amerika yang berakar pada tradis I keilmuan Barat Modern.
Bila ditengok dari konteks sejarah, sudah sejak berabad-abad lalu potensi kekayaanIndonesia dibidang kemaritiman sangatlah besar. Mulai abad ke-9 Masehi, yang merupakan tonggak awal masa keemasan nusantara, bangsa ini telah melakukan pelayaran jauh dan mengarungi lautan, kebarat memotong Lautan Hindia hingga Madagaskar, ketimur hingga Pulau Paskah.
Dengan kian ramainya arus perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di nusantara yang bercorak maritime dan memiliki armada laut yang besar. Kerajaan Sriwijaya (683-1030 M) adalah bukti bahwa kejayaan maritim Indonesia masalampau senyatanya tidak bisadi sepelekan. Oleh karena itu, tak ayal jika sejarah menegaskan bahwa Indonesia memiliki pengaruh yang sangat dominan di wilayah Asia Tenggara terutama melalui kekuatan maritime besar di bawah Kerajaan Sriwijaya dan kemudian Majapahit.
Sedangkan dari sisi kekayaan lautnya, Direktur Indonesia Maritime Institute (IMI) Dr. YuliusPaonganan, M.Sc, menegaskan bahwa total potensi ekonomi maritim Indonesia sangat besar yang diperkirakan mencapaiRp 7.200 triliun per tahun, atau enam kali lipat dari APBN 2011 (Rp 1.299 triliun) dan satu setengah kali Product Domestic Bruto (PDB). Dengan potensi yang mencapai enam kali lipat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini, potensi kelautan dapat mendorong pembukaan lapangan kerja sekitar 30 juta orang.
Potensi tersebut dapat kita urai secara singkat disini. Dari sisi ekosistem laut. Ekosistem di laut Indonesia tercatat sangat bervariasi khususnya ekosistem pesisir. Ekosistem-ekosistem ini menopang kehidupan dari sekian banyak spesies. Ekosistem mangrove yang memiliki ribuan spesies dimana didalamnya terdapat potensi sumberdaya non hayati yang begitu melimpah, selain sebagai kekayaan kelautan halini juga bisamen jadi destinasi wisata yang memiliki potensi yang besar, tempat pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian. Belum lagi potensi sumberdaya mineral di dalam laut, Benda muatan kapal tenggelam ( BMKT ) yang nilainya begitu besar sehingga tak sedikit pihak yang berusaha mengeksploitasi semua itu.
Sedangkan dibidang perikanan, laut Indonesia memiliki beragam dan berlimpah sumberdaya ikan mulai dari peraiaran permukaan hingga dasar lautan. Data Food and Agriculture Organization di 2012, Indonesia pada saat ini menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Selain itu, perairan Indonesia menyimpan 70 persen potensi minyak karena terdapat kurang lebih 40 cekungan minyak yang berada di perairan Indonesia. Dari angka ini hanya sekitar 10 persen yang saat ini telah dieksplor dan dimanfaatkan. Karenanya, komoditi yang begitu besar yang hingga saat ini belum mampu dimanfaatkan secara optimal ini, tak jarang penjarahan dan pencurian oleh nelayan asing senantiasa merongrong kekayaan laut negeri ini. Keterbatasan armada kapal ikan Indonesia dan kemampuan peralatan sertadaya jelajah nelayan kita adalah salah satu faktor kurang maksimalnya upaya pemanfaatan potensi perikanan kita.
Akan tetapi, potensi yang berlimpah ini tidak ditopang dengan sistem pertahanan yang mumpuni. Dari sisi pertahanan, penguasaan laut berarti mampu menjamin penggunaan laut untuk kepentingan nasional dan mencegah lawan menggunakan potensi laut yang kita miliki. Kebutuhan akan sistem pertahanan yang mumpuni ini semakin mendesak mengingat kedudukan Indonesia pada posisi silang perdagangan dan memiliki 4 dari 9 Sea Lines of Communication dunia. Posisi ini mengakibatkan Indonesia mempunyai kewajiban yang sangat besar untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran internasional di Selat Malaka atau Singapura dan 3 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
Oleh karena itu, pemerintah perlu segera menyelesaikan percepatan batas wilayah laut agar dapat memberikan memberikan kepastian atas batas wilayah Negara dan dapat mempererat hubungan bilateral antara negara yang berbatasan, serta mendorong kerjasama kedua negara yang berbatasan di berbagai bidang termasuk dalam pengelolaan kawasan perbatasan, misal  terkait pelayaran, kelautan dan perikanan.
Seperti yang diketahui, Indonesia memiliki perbatasan maritime dengan 10  negara yaitu dengan India (Landas Kontinen, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)), Thailand (Landas Kontinen, ZEE), Malaysia (Laut Wilayah, ZEE, Landas Kontinen), Singapura (Laut Wilayah), Vietnam (Landas Kontinen, ZEE), Filipina (ZEE, Landas Kontinen), Palau (ZEE, LandasKontinen), Papua Nugini (ZEE , Landas Kontinen), Timor Leste (Laut Wilayah, Landas Kontinen, ZEE) dan Australia (ZEE, Landas Kontinen). Dari sejumlah perbatasan itu, Indonesia telah menyelesaikan sebagian penetapan batas maritime dengan India (Landas Kontinen), Thailand (Landas Kontinen), Malaysia (sebagian Laut Wilayah, Landas Kontinen), Singapura (sebagian Laut Wilayah), Vietnam (Landas Kontinen), Filipina (ZEE), Papua Nugini (ZEE, Landas Kontinen) dan Australia (ZEE, Landas Kontinen).
Dengan upaya pembenahan dibidang pertahanan ini, bukan hal yang mustahil dan dalam jangka waktu yang tak terlalu lama lagi bahwa Indonesia akan benar-benar menjadi Poros Maritim Dunia. Sambil mengutip ungkapanAlfred Thayer Mahan, seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam bukunya "The Influence of Sea Power upon History" bahwa sea power merupakan unsure terpenting bagi kemajuan dan kejayaan suatu negara, yang manajika kekuatan-kekuatan laut tersebut diberdayakan, maka akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanan suatu negara. Sebaliknya, jika kekuatan-kekuatan laut tersebut diabaikan akan berakibat kerugian bagi suatu Negara atau bahkan meruntuhkan Negara tersebut.


*Tulisan ini dimuat di Tabloid Inspirasi Maret 2015

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda