Jumat, 15 Juni 2012

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DIANTARA INDIVIDU BERBEDA BUDAYA (INTERCULTURAL COMMUNICATION)



A. Pendahuluan
Melakukan sebuah komunikasi yang baik dengan orang lain, pada dasarnya adalah harapan setiap orang. Setiap orang meyakini bahwa komunikasi yang  baik, yang dibangun oleh setiap orang  akan menjadikan hubungan diantara pelaku komunikasi tersebut akan terjalin dengan baik pula. Dalam komunikasi sebenarnya tidak hanya pesan yang ingin disampaikan, kepada si penerima pesan, begitupun dalam kadar hubungna komunikasi interpersonal, yang menentukan bukan hanya “content” tetapi, “relationship” juga menentukan dalam komunikasi. Walaupun kadar hubungan interpersonal yang terjalin di dalamnya berbeda. 
  Komunikasi interpersonal sebagai bagian dalam lingkup komunikasi (system) tidak hanya menjadi pandangan manusia dalam menyikapi komunikasi. Keberadaan komunikasi interpersonal selalu saja menjadi urgen, karena kita sebagai manasia selalu dan selalu melakukan kegiatan dan aktifitas komunikasi interpersonal tersebut. Meskipun terkadang kita tidak menyadari hal tersebut. 

  Mengenai komunikasi interpersonal, banyak para pakar komunikasi yang menghibahkan dirinya untuk mendalami hal tersebut. Kita mengenal Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an yang memandang mengenai hubungan interpersonal. Pandangan tersebut, telah dipopulerkan oleh Watslawick, Beavin, dan Jackson (1967) dalam buku mereka yang berjudul pragmatics of Human Communication.  
  Sebagai sebuah tipe yang unik, komunikasi interpersonal didefinisikan oleh Ronald B. Adler (2006) dalam bukunya Interplay: the process of interpersonal communication, ke dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Untuk pembahasan lebih lanjutnya akan dibahas lebih lanjut di pembahasan mendalam mengenai komunikasi interpersonal.  
  Sungguh sangat menarik sekali, jika pembahasan mengenai komunikasi interpersonal dikaitkan dengan hubungan lintas budaya ataupun antar budaya (intercultural) yang berbeda. Dari itulah, kami mencoba untuk membahas mengenai pola hubungan interpersonal individu yang berbeda budaya. Melalui sebuah diskusi yang cukup panjang yang kami lakukan dalam team (kelompok), akan kami coba sajikan dalam pembahasan yang bagi kami cukup komprehensif. 
  Banyak hal yang ingin kami sampaikan dalam tulisan ini, selain content utamanya mengenai komunikasi interpersonal, hubungan seseorang (individu) berbeda budaya akan menjadi tren topik yang cukup menarik. Berbagai hambatan dalam komunikasi interpersonal, tentunya menjadi problem utama. Hanya saja, kami berusaha mencari berbagai langkah solutif bagaimana mengatasi berbagai hambatan-hambatan dan Kendala dalam komunikasi interpersonal tersebut. 
  Berbagai analisis yang kami tuangkan dalam tulisan ini, tentunya memerlukan referensi-referensi yang mumpuni untuk mengkajinya. Sehingga, dalam penulisan ini, kami menggunakan buku Psikologi Komunikasi yang ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat (2002), dan buku Interplay: the process of interpersonal communication, yang ditulis oleh Ronald B. Adler (2006). Kedua buku tersebut menjadi referensi utama dalam penulisan ini, selain itu referensi lainnya kami coba bumbuhi referensi lainnya seperti dari jurnal dan situs resmi di internet. 
  Besar harapan, tulisan ini bisa menjadi warna baru dalam ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang komunikasi interpersonal. Tak terkecuali, bisa menjadi kerangka baru dalam memahami komunikasi interpersonal. 

B. Pembahasan Mengenai Komunikasi Interpersonal
Pengertian mengenai komunikasi interpersonal, Ronald B. Adler (2006:14) dalam bukunya  Interplay: the process of interpersonal communication,  menyatakan bahwa memberi pengetian dan definisi  mengenai komunikasi interpersonal, bisa dilakukan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. 
  Pendekatan kuantitatif menyatakan bahwa “….. interpersonal communication as any interaction between two people.” Komunikai interpersonal merupakan sebauah interaksi yang dilakukan oleh dua orang. Meminjam istilah dalam ilmu sosial, “two person” di sini bisa juga disebut “dyad”  atau sering disebut dengan “dyadic”. 
  Pembicaraan antara dua orang yang saling memiliki keterikatan baik keterikatan emosi, itu juga bisa disebut sebagai komunikasi interpersonal (diadik). Wilmot (1995) dalam bukunya Ronald B. Adler (2006:15) Interplay: the process of interpersonal communication, membedakan antara diadik dan kelompok besar. Dengan pernyataannya bahwa “Dyadic communication is different from the kind of interaction that occurs in larger groups”. Artinya, dalam group partisipan atau peserta dalam komunikasi interpersonal dapat berkoalisi untuk mendapatkan posisi dalam group tersebut. Nah, sedangkan dalam diadik, partners atau bisa disebut juga pasangan dalam komunikasi interpersonal, harus sama-sama saling bekerja dalam komunikasi tersebut. Dengan kata lain, sama-sama aktif.  
  Meskipun secara khusus, baik antara diadik ataupun group berbeda seperti disampaikan sebelumnya. Adler menggambarkannya dalam sebuah cerita, dalam sebuah toko pastinya ada sales dan ada yang disebut pelanggan (customer), komunikasi interpersonal keduanya sama halnya ketika kita berkomunikasi di jalan dengan seseorang, dan kita bertanya kepada orang tersebut tentang petunjuk dan sebagainya. Peran komunikasi interpersonal di sini sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah komunikasi. 
  Pendekatan yang kedua adalah Kualitatif, pendekatan ini interaksi yang dilakukan oleh peserta komunikasi interpersonal adalah impersonal, bukan grup, publik, ataupun massa dalam komunikasi tersebut. Mengenai impersonal dalam pendekatan kualiitatif ini, ada beberapa kriterianya, meliputi uniqueness, irreplaceability, interdependence, dan disclosure. Hanya saja di sini kami tidak akan membahasnya secara mendalam   
  Mengenai budaya (culture) Adler dalam bukunya juga menyampaikan apa yang disampaikan oleh seorang pakar komunikasi seperti Julia Wood (2005). Dalam “relational culture” Julia menggambarkan bagaiaman seseorang  dalam hubungan yang tertutup (close relationships) dapat menciptakan kekhasan ataupun keunikan dalam interaksi budaya. 

C. Komunikasi Interpersonal Berbeda Budaya (intercultural)
Beragamnya budaya di negeri kita, akan menjadikan komunikasi yang berbeda budaya tersebut menjadi satu hal yang sangat penting. Ketika komunikasi yang dilakukan individu berbeda budaya, yang jelas komunikasi di antara mereka pastinya juga berbeda, baik itu bahasa, karakter dan sebagainya. Maka di sinilah pentingnya komunikasi antar budaya untuk bisa dikuasai. 
  Contoh kasus, mungkin kita masih ingat dengan konflik yang terjadi antara Madura-Sampit, GAM-Pemerintah, ataupun konflik agama yang terjadi di ambon beberapa tahun yang lalu. Hal demikian memang menjadikan sebagian orang yang mengetahui kasus tersebut akan bertanya-tanya kenapa konflik tersebut harus terjadi? Jawaban sederhana yang bisa kami asumsikan di sini adalah tidak terjalinnya komunikasi (interpersonal) antar budaya secara baik dan efektif. 
  Apabila sudah tidak terjalin hubungan yang baik ataupun mungkin terjadinya miss communication, konlfik menjadi hal yang tidak diayalkan lagi bakal terjadi dalam ranah mereka. Begitulah betapa pentingnya komunikasi individu yang berbeda budaya tersebut harus bisa memahami komunikasi antar budaya. 
  Hubungan interpersonal dalam komunikasi antar budaya, mungkin bisa menjadi solusi bagaimana komunikasi berbeda budaya tersebut bisa berlangsung dengan baik, sehingga tidak terjadi konflik. Sejujurnya, dalam komunikasi interpersonal individu berbeda budaya kami masih belum menemukan rujukan yang tepat mengenai hal itu. Yang ada, mengenai komunikasi antar budaya. Jalan tengah yang kami ambil, adalah memadukan antara komunikasi interpersonal dengan hubungan interpersonal dan komunikasi antar budaya. 
  Pola komunikasi yang dilakukan oleh seseorang yang berbeda budaya, cendrung memiliki karakter dan personality yang berbeda dalam mengungkapkan komunikasi tersebut. Komunikasi yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki budaya yang sama, akan cendung memiliki kesamaan yang (homoginitas) yang lebih besar dibandingkan yang berbeda budaya. Sedangkan komunikasi berbeda budaya akan cendrung bersilang pendapat dan bisa dibilang terkesan tidak memiliki kesamaan yang besar, mungkin saja ada kesamaan tapi kecil. 
  Di sinilah peran penting komunikasi antar budaya untuk diterapkan dalam komunikasi lintas budaya yang berbeda. Begitupun dalam komunikasi interpersonal individu yang berbeda budaya, perlu dipahami komunikasi antar budaya merupakan komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti, bahasa, nilai-nilat, adat, dan ataupun kebiasaan.   
  Senada dengan di atas, Yung Kim (1984), menyatakan bahwa komunikasi antar budaya menunjuk pada suatu fenomena komunikasi di mana para pesertanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kontak antara satu dengan lainnya, baik secara langsung atau tidak langsung.  
  Berbagai fenomena sosial yang terjadi saat ini, transaksi sosial-budaya terjadi di mana-mana. Di negeri kita saat ini yang marak mungkin budaya westernisasi yang tengah digembor-gemborkan kaum barat di negeri ini. Westernisasi budaya yang kian marak terjadi, kalau boleh kami mengambil contoh sederhana saat ini adalah kasus konser Lady Gaga yang bakal digelar bulan Juni 2012 mendatang, yang mengalami pro kontra di tengah-tengah masyarakat kita, tentu hal tersebut juga merupakan proses akulturasi budaya yang tengah gencar-gencarnya kaum barat lakukan di negeri ini. 
  Terlepas dari berbagai polemik dan problem yang ada, posisi komunikasi antar budaya, khususnya dalam komunikasi interpersonal harus menjadi acuan utama, supaya tidak terjadi konflik berkepanjangan yang dikhawatirkan akan memakan korban. 
  Tidak hanya akulturasi budaya barat, peleburan budaya yang terjadi di berbagai kalangan dan di berbagai daerah di negeri ini, tengah terjadi. Orang jawa merantau ke sumatera, ataupun ke kalimantarn. Begitupun dengan orang Kalimantan yang merantau ke jawa dan seterusnya, hal tersebut merupakan sebuah proses peleburan budaya di berbagai kalangan dan di berbagai daerah. Kita mungkin mengenal watak orang batak yang keras, kita juga mungkin mengenal watak orang sunda dan jawa mungkin secara keseluruhan yang halus, tentunya peran komunikasi antar budaya dalam komunikasi interpersonal sangat menentukan   keberlangsungan interaksi sosial yang dilakukan.
    Kendatipun berbeda budaya, tapi ketika komunikasi antar budaya dalam komunikasi interpersonal bisa dilakukan dengan proporsinya, maka tentu tidak akan pernah terjadi yang namanya konflik sosial. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan seterusnya, terdapat berbagai penduduk yang berbeda budaya. Kalau di Jakarta kita mengenal budaya Betawi, namun orang Madura dan berbagai daerah lainnya juga banyak yang tinggal dan mencari kehidupan di sana. Nah, di sinilah seperti apa yang kami sampaikan sebelumnya pentingnya dari sebuah komunikasi antar budaya dalam komunikasi interpersonal. 
     Begitu pun di Bandung, dengan adanya perguruan tinggi yang cukup bonafit di Bandung, mengundang semangat juang remaja dan pemuda dari luar Bandung itu sendiri. Di UNPAD khususnya, tidak jarang mahasiswa dari sumatera yang menempuh pendidikannya di sana, dan bahkan Kalimantan dan Indonesia timur pun terdapa di sana. Untuk itulah, gunanya komunikasi antar budaya dalam komunikasi interpersonal selalu dan selalu menjadi penting keberadaannya. 
     Tentunya tidak mungkin, apabila mahasiswa dari Sumatra ketika berkomunikasi dengan orang Jawa ataupun Kalimantan, menggunakan bahasa mereka masing-masing. Apabila hal tersebut terjadi, rusaklah komunikasi tersebut. Begitupun dengan watak orang Batak yang keras kepala, kita harus memahami karakter komunikasi mereka. Kendatipun mereka keras kepala dan biasaya ngotot dalam segala hal, kita harus memahami bahwa bukan karena kesengajaan yang menjadikan mereka seperti itu, akan tetapi budaya mereka yang demikian sudah menjadikan mereka seperti itu. 
  Sejalan dengan adanya komunikasi antar budaya dalam komunikasi interpersonal, ada berbagai teori yang menjelaskan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan dan apa tujuan komunikasi tersebut ketika komunikasi antar budaya tersebut berlangsung. Merujuk pada ikhtisar dari Coleman dan Hammen (1974) dalam bukunya Jalaluddin Rakhmat Psikologi Komunikasi, menyebutkan bahwa, ada beberapa model yang dilakukan dalam komunikasi tersebut, yaitu,  model pertukaran sosial (social exchange model),  model peranan (role model), model permainan (the “games people play” model), dan model interaksional (interactionl model). 
      Pertama, model pertukaran sosial. Model ini memandang bahwa hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Hubungan yang dijalin dalam interpersonal pastinya ada tujuan, yaitu mengharapkan sesuatu dari orang yang diajak berhubungan. Orang yang biasa saja berteman dengan orang yang cerdas dan pintar, tujuannya karena ingin orang yang biasa saja bisa menjadi pintar seperti temannya tersebut. Dan masih banyak lagi contoh kasus lainnya.
Kedua, model peranan. Berbeda dengan model pertukaran sosial tadi, jika model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang, akan tetapi,  dalam model peranan ini memandang sebagai panggung sandiwara. Setiap orang harus memegang peranannya sendiri sesuai dengan naskah yang telah ditentukan. Tidak mungkin seorang peran pembantu memainkan peran dari tokoh utama, dan sebagainya. 
Ketiga, model permainan. Model ini diyakini berasal dari psikiater Eric Berne (1964,1974) dengan analisisinya yang dikenal dengan analisis transaksional, memandang bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan dalam rangka permainan. 
  Keempat, model interaksional. Model yang keempat ini merupakan model yang memandang bahwa hubungan interpersonal sebagai suatu sistem, dan setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan. 
    Beberapa model di atas, kami memandangnya dari perspektif psikologi. Karena kami  meyakini dengan perspektif ini, model-model tersebut cukup dominan. Dalam sosial budaya ada unsur-unsur di dalamnya, meliputi, sistem keyakinan, nilai, dan sikap, unsur pandangan hidup tentang dunia, dan unsur organisasi sosial.
Dari sebuah komunikasi antar-budaya yang berlangsung tadi, sedikit kami menyinggung berbagai model hubungan interpersonal di atas dan berbagai unsur-unsur budaya. Lantas apa hubungannya dengan komunikasi interpersonal individu berbeda budaya? Kesemuanya merupakan sebuah interaksi yang saling memiliki keterpaduan. Pemahaman tersebut menjadi penting adanya ketika kita ingin berinteraksi dengan orang lain yang berbeda budaya, supaya tidak terjadi konfllik dalam komunikasi interpersonal yang berbeda budaya tadi. 

D. Hambatan-Hambatan dan Langkah Solutif
Segala bentuk dan proses dalam komunikasi tidak akan terlepas dari hambatan dan kendala di dalamnya. Berbagai hambata tersebut bisa terjadi karena faktor eksternal ataupun internal, atapun bisa juga hambatannya bersifat objektif ataupun subjektif. 
    Antara hambatan yang bersifat objektif ataupun subjektif tadi, banyak dinyatakan oleh para ahli mengenai hambatan dalam komunikasi. Hambatan  yang bersifat objektif merupakan hambatan yang bersifat tidak disengaja, dengan kata lain hambatan (noise) dalam komunikasi yang ada bukan karena kesengajaan yang dilakukan dari pihak lain. Melainkan berbagai hambatan yang ada cendrung terjadi karena memang keadaan yang menginginkan hal demikian. 
  Sedangkan hambatan yang bersifat subjektif, merupakan hambatan yang memang disengaja dibuat oleh pihak lain supaya komunikasi yang dilakukan menjadi gagal. Karena pertentangan kepentingan terjadi di dalamnya. 
     Contoh kasusnya seperti ini, ketika terjadinya hambatan dalam komunikasi interpersonal dalam komunikasi individu berbeda budaya, antara orang Indonesia dan orang luar negeri ketika berlangsungnya interaksi komunikasi interpersonal yang berbeda budaya, kemudian hambatannya adalah perbedaan pandangan mengenai budaya salam sapa misalnya. Apabila di luar negeri ada budaya orang yang senang bertemu dengan sahabatnya menampar-nampar pipi, akan tetapi di Indonesia menampar pipi menjadi perbuatan yang kurang baik. Di sinilah hambatan komunikasi terjadi. 
     Hambatan-hambatan yang terjadi dalam hambatan yang bersifat objektif, biasanya terjadi karena cuaca yang kurang mendukung, suasanan atau lingkungan yang bising juga bisa menjadi hambatan dalam komunikasi. Begitupun dalam hambatan yang bersifat subjektif   yang sengaja dibuat oleh pihak lain, dengan mengganggu misalnya. Hal itu menjadi hambatan yang cukup memicu terjadinya kegagalan dalam komunikasi. 
    Selain hambatan-hambatan di atas, para ahli meninjau bahwa hambatan dalam komunikasi interpersonal dalam budaya (culture) meliputi, Pertama, penyampaian pesan yang berbeda budaya akan mengundang perbedaan persepsi di anatara peserta komunikasi tersebut. Kedua, menyampaikan pesan pesan verbal kepada orang yang belaianan budaya tentunya akan banyak perbedaan bahasa, karena akan terjadi perbedaan semantik dan sebagainya. Ketiga, penyampaian pesan verbal yang berbeda budaya dengan disertai penekanan non-verbal akan mengundang perbedaan penafsiran berbeda, sehingga tujuan penyampaian pesan tidak tersampaikan. Keempat, penyampaian pesan terhadap orang yang berbeda budaya ketika penyampaian dan isi pesannya bertentangan dengan adat, kebiasaan, norma-normanya maka akan terjadi penolakan dalam komunikasi interpersonal tersebut.   
      Mengatasi berbagai hambatan dalam komunikasi interpersonal individu yang berbeda budaya tersebut, solusi yang kami tawarkan dalam tulisan ini adalah bagaimana individu tersebut  dapat dan mampu memahami berbagai komunikasi lintas budaya yang ada secara detail. 
     Solusi lainnya yang kami tawarkan di sini, Pertama, antara kedua belah pihak yang berbeda budaya harus saling menjaga kontak supaya tidak terjadi permusuhan. Kedua, menghargai pesan yang disampaikan kepada kita dan cara mereka menyampaikannya kepada kita walaupun dalam bentuk dan cara yang berbeda dengan kita. Ketiga, mencoba sama-sama saling memahami budaya masing-masing. Dan sebagainya.

E. Kesimpulan
Beragam budaya di negeri kita Indonesia, menjadikan negeri kita kaya akan ragam budaya yang meliputi seni, bahasa, dan berbagai kebiasaan-kebiasaan lainnya. Kami teringat dengan sebuah pribahasa yang menyatakan bahwa “berbeda itu indah”. Dari itulah, beragamnya budaya di negeri ini menjadi penting adanya untuk kita memahami bagaimana interaksi sosial berlangsung dalam sebuah komunikasi interpersonal yang berbeda budaya. 
    Sebuah interaksi sosial dalam komunikasi interpersonal, tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kendala yang terjadi di dalamnya. Kendatipun demikian berbagai hambatan dan kendala tersebut pastinya ada jalan keluar dan solusi mengatasinya. Seperti yang kami paparkan sebelumnya. 
    Pada akhir babak tulisan ini, kami hanya ingin menyimpulkan bahwa, berbeda budaya antara individu tertentu bukan menjadi kendala dalam melakukan interaksi sosial. Melainkan hal itu menjadi ragam dan warna dalam kehidupan berbudaya. Di sinilah peran penting komunikasi interpersonal dan komunikasi antar budaya yang menghubungkan keduanya menjadi sebuah solusi dalam komunikasi interpersonal anata individu yang berbeda budaya. 
     Demikian paparan dan tulisan sederhana yang kami buat, dengan harapan supaya tulisan ini bisa memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam ilmu komunikasi interpersonal. Kami pun di sini mengharapkan berbagai saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan ke depannya. Semoga bermanfaat.


DAFTAR PUSTAKA
Adler, Ronald B. 2006. Interplay:the process of interpersonal communication. New York: Oxford University Press.
Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Hambatan Komunikasi Interpersonal yang ditulis oleh Tubiyono, di http://www.tubiyono.com/template-features/interpersonal-skill/84-hambatan-komunikasi-interpersonal, diakses pada Kamis, 24 Mei 2012.
Handout Mata Kuliah Proses Komunikasi, yang ditulis oleh Nurhablisyah 2009. Dari berbagai sumber.

*Catatan: Tulisan ini ditulis oleh saya (Abd. Qadir Jailani), dibantu juga oleh Anggie Oktaviana, Anggi Santosa, dan Eky Risdiyanto. Ditulis untuk memenuhi tugas kuliah, semoga bermanfaat. 

Label: ,

2 Komentar:

Pada 20 Januari 2013 pukul 14.27 , Blogger zultuahkifli mengatakan...

sangat bermanfaat artikelnya..

 
Pada 28 Maret 2013 pukul 18.05 , Blogger Abd. Qadir Jailani mengatakan...

Terima kasih atas kunjungannya, mohon dikoreksi jika terdapat kekeliruan...

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda