HOW TO BECOME EFFECTIVE COMMUNICATOR
Steve Jobs
|
Pada dasarnya, perjalanan kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas
dengan realisasi komunikasi dalam kehidupan. Tidak bisa dibayangkan, jika
seluruh manusia tidak bisa melakukan tindakan komunikasi dalam kehidupan
mereka, dalam berbagai bentuk komunikasi, maka dunia ini tidak akan pernah ada
yang namanya kehidupan. Komunikasi seakan menjadi kebutuhan yang tidak bisa
dielakkan lagi, dan harus segera dipenuhi.
Makhluk hidup, khususnya manusia setiap detik (second) tidak terlepas dari yang namanya tindakan komunikasi. Hewan
dan manusiapun sama-sama berkomunikasi dalam kehidpan mereka. Hanya saja,
komunikasi yang ada dalam tatanan kehidupan manusia hanya sebatas interaksi
yang dilakukan kedua belah pihak atau lebih, antara manusia yang satu dan yang
lainnya. Namun, tidak hanya itu pula komunikasipun bisa terlaksana jika tidak
ada interaksi yang baik antara kedua belah pihak atau lebih. [1]
Dalam kajian kali ini, penulis memberi judul “How To Become Effective Communicator,” bagi penulis kajian ini
cukup penting untuk dikaji. Tulisan ini dimaksudkan untuk menemukan sebuah
kerangka teori mengenai bagaimana menjadi komunikator yang efektif? Dalam
kenyataannya, tingkat komunikasi yang ada dalam diri manusia berbeda-beda.
Rujukan utama yang penulis ambil dalam tulisan ini, mengarah terhadap
teori-teori yang dikemukan oleh para ahli, seperti Aristoteles, dan beberapa
ahli lainnya. Penulis juga mengambil rujukan dari buku, seperti Filsafat Ilmu Komunikas, yang ditulis oleh Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si., dan
Bambang Q-Anees, M.Ag., Komuniksi Efektif
(suatu pengantar lintas budaya), yang ditulis oleh Prof. Dr. Deddy Mulyana,
M.A., dan berbagai referensi lainnya, seperti catatan mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi.
Rumusan masalah yang penulis tawarkan di sini, mengenai berbagai
pengertian tentang Good Sense, Good
Moral, dan Good Character. Dengan
harapan, supaya tulisan ini bisa menjadi rujukan dalam kepenulisan mengenai
komunikasi selanjutnya.
Menjadi Komunkator Efektif
Pada sebuah keterangan, George Herbert Mead, mengatakan bahwa, setiap
manusia mengembangkan konsep dirinya melalui ineraksi dengan orang lain dalam
masyarakat. Tanpa sadar, terkadang manusia melakukan tindakan
komunikasi, tapi dia tidak tahu esensi dari apa yang
dikomunikasikannya.
[2]
Maka dari itulah, menjadi komunikator efektif harus benar-benar
dipenuhi, jika kita ingin tindakan komunikasi yang kita realisasikan dapat
menghasilkan sesuatu. Aristoteles dalam teorinya menyatakan, untuk menjadi
komunikator yang efektif, ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh seorang
komunikator, yaitu, seorang komunikator harus memiliki yang namanya Good Sense, Good Moral, dan Good Character. [3]
Dalam sebuah keterangan, Good
Sense, didefinisikan sebagai tindakan berperasaan yang harus dimiliki oleh
seorang komunikator. Good Sense di
sini, diartikan, seorang komunkator harus memiliki perasaan yang baik, santun
dan sebagainya. Sehingga, tindakan komunikasi yang dilakukan bisa terpenuhi dengan
baik. [4]
Good Moral, sepintas ketika kita
mendengar istilah moral, maka yang terlintas dalam benak kita adalah sikap,
sopan santun, akhlak, dan sebagainya. Mohammad Zamroni, menjelaskan bahwa,
perkataan moral berasal dari bahasa latin mores.
Mores berasal dari kata Mos yang
memiliki arti kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Dari itulah, kesimpulannya,
moral diartikan sebagai sebuah ajaran kesusilaan. Sedangkan, dalam teori
komunikasi Good Moral, dideskripsikan
sebagai sebuah tindakan komunikator yang harus bersusila, sopan, dan ber-akhlakul karimah. [5]
Sedangkan, Good Character, diartikan,
seorang komunikator harus memiliki karakter yang baik. Maka, ketika ketiga
syarat tersebut bisa dipenuhi, tentunya menjadi komunikator yang efektif bisa
terpenuhi.
Dengan demikian, menjadi komunikator yang efektif, berdasarkan teori
yang dipaparkan oleh Aristoteles, bukan menjadi hal yang sulit dipenuhi. Untuk
itulah, signifikansi dari adanya komunikasi tidak hanya terpaku kepada
interaksi kedua belah pihak atau lebih, melainkan harus bisa memenuhi ketiga
syarat yang ditawarkan oleh Aristoteles tadi.
Daftar Pustaka
Ardianto,
Elvinaro dan Bambang Q. Anees, 2007. Filsafat
Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset.
Qadir
Jailani, Abd, 2011. Pengantar Ilmu
Komunikas;Definisi, Fungsi, Ruang Lingup, dan Komponen Komunikasi. Bandung.
Zamroni,
Mohammad, 2011. Filsafat Komunikasi,
Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[1] Lihat, Abd. Qadir Jailani. Pengantar Ilmu Komunikas;Definisi, Fungsi,
Ruang Lingup, dan Komponen Komunikasi. 2011.
[2] Dengan kata lain, tindakan
komunikasi itu selalu dan selalu ada dalam tatanan kehidupan manusia. Mustahil
manusia bisa hidup tanpa komunikasi. Untuk saat ini, benar adanya jika
komunikasi diibaratkan seperti nafas yang harus dihirup oleh manusia setiap
waktu, begitupun dengan komunikasi. Untuk lebih jelasnya, Lihat, Abd. Qadir
Jailani. Pengantar Ilmu
Komunikas;Definisi, Fungsi, Ruang Lingkup, dan Komponen Komunikasi. 2011.,
dan Elvinaro Ardianto & Bambang Q. Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset,
Januari 2007. Hlm. 3
[3] Pada
sebuah mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi (09/11), Prijana, Drs, M.Si.,
mengatakan bahwa Aristoteles menyatakan, seorang komunikator yang efektif harus
memenuhi tiga syarat utama, yaitu, good
sense, good moral, dan good
character.
[4] Keterangan
tersebut diambil dalam sebuah mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi (09/11),
bersama Prijana, Drs, M.Si.
[5]Lihat,
Mohammad Zamroni. Filsafat Komunikasi,
Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009. Hlm.206.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda