Selasa, 16 Desember 2014

MANAJEMEN ORGANISASI SANTRI: (Sebuah Tinjauan Kritis Menuju Organisasi Santri Yang Mandiri)

MANAJEMEN ORGANISASI SANTRI:
(Sebuah Tinjauan Kritis Menuju Organisasi Santri Yang Mandiri)[1]

Prolog
Pondok pesantren berdiri sezaman dengan masuknya Islam ke Indonesia, dan merupakan hasil dari proses akulturasi damai antara ajaran Islam yang dibawa para wali dan pedagang yang umumnya bernuansa mistis, dengan budaya asli (indigenous culture) bangsa Indonesia yang bersumber dari agama Hindu dan Budha.
Mulanya Pondok Pesantren adalah perkembangan dari padepokan atau petapaan pada masa pra-Islam. Yaitu, tempat di mana Kiai sebagai pusatnya (dahulu pertapa atau resi) memberikan pelajaran tentang kebenaran, keyakinan, agama, ilmu kesaktian, dan lain-lain. Setelah memeluk Islam, dengan berbagai penyesuaian, padepokan menjadi Pondok Pesantren. Yaitu, tempat para santri yang sering datang dari tempat yang jauh belajar di bawah bimbingan Kiai.
Bahkan Pondok Pesantren sendiri ada yang bernuansa klasik (salafi) dan modern. Pondok pesantren klasik atau yang biasa disebut dengan Pondok Pesantren Salafi, proses belajar-mengajar masih dilakukan dengan cara dan metode lama. Sejalan dengan perkembangannya, Pondok Pesantren tidak sedikit merubah sistem pendidikannya ke arah yang lebih modern.
Biasanya Pondok Pesantren modern di Indonesia sistem dan proses pendidikan yang berlangsung berkiblat kepada Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo, atau Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.
Banyaknya alumni Pondok Pesantren yang terbilang sukses menjadi tokoh dan panutan berbangsa dan bertanah air. Menjadikan Pondok Pesantren tetap bertahan hingga detik ini, di tengah gejolak budaya barat yang mengebiri. Kendatipun berita miring terkait Pondok Pesantren yang dikatakan sebagai saragnya teroris, merupakan isu untuk melemahkan kekkuatan Pondok Pesantren. Kemandirian Pondok Pesantren sepatutnya harus tetap bisa dipertahankan, sebab menurut Clifford Geertz sendiri pendidikan Pondok Pesantren merupakan basis pendidikan tradisional yang merupakan khas pendidikan Indonesia (Jailani, 2010:14).

Organisasi dan Santri
Sebagai penuntut ilmu di sebuah Pondok Pesantren, santri merupakan objek sentral dari sebuah pendidikan di dalamnya. Berbagai aktivitas ke pondok pesantrenan yang tentunya berbasiskan keislaman, mereka dapatkan selama pendidikan. Aktivitas-aktivitas tersebut, tentunya tidak akan berjalan dengan baik ketika sistem yang dipakai tidak memberikan efek baik terhadap santri.
Istilah organisasi seringkali kita jumpai dimanapun, bahkan hampir di semua lini kehidupan kita, terlebih di lingkungan Pondok Pesantren. Organisasi bisa kita jumpai di masjid, kelas, kamar, lapangan, dapur, bahkan di kamar mandi sekalipun. Pertanyaannya adalah apa itu organisasi?
Organisasi jika ditinjau dari kesepakatan banyak tokoh merupakan sekumpulan orang yang memiliki kesepahaman yang sama untuk mencapai tujuan bersama. Jika di sekolah, Organisasi Siswa Intra Sekolah atau yang biasa disebut dengan istilah OSIS merupakan tempat di mana para siswa beraktivitas.
Cukup banyak pendapat para tokoh tentang organisasi, misalnya, James D. Mooney mengatakan bahwa : “Organization is the form of every human association for the attainment of common purpose” (Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama). Pendapat yang lain seperti Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya “The Executive Functions” mengemukakan bahwa : “I define organization as a system of cooperatives of two more persons” (Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih). Selain itu, Menurut W.J.S. Poerwadarminta, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, organisasi adalah susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb) sehingga merupakan kesatuan yang teratur.[2]
Sedangkan Pawit M Yusup (2012:278) dalam bukunya “Perspektif Manajemen Pengetahuan Informasi, Komunikasi, Pendidikan, dan Perpustakaan”, dengan mengutip dari Greenberg dan Baron mendefinisikan Organisasi sebagai “a social system consisting of groups and individuals working together  to meet some agreed-upon objectives.” Yaitu suatu sistem sosial yang terdiri atas kelompok dan individu yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang disepakati.   
Dari definisi tersebut, setidaknya ada tiga unsur dalam organisasi, yaitu, orang-orang (sekumpulan orang), kerjasama, dan tujuan. Dengan demikian, jika kita mendefinisikan organisasi adalah sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.
Berorganisasi setidaknya seorang santri bisa memperoleh manfa’at-manfa’at terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Jika dirunut manfa’at-manfa’at tersebut bisa menumbuhkan rasa kebersamaan antar santri, memperkuat tali persaudaraan, menyebarkan rasa tolong menolong, memperkaya informasi, meningkatkan kualitas pribadi, membangkitkan semangat juang, meningkatkan kualitas pikir, mengurangi sifat egoisme, membina kesatuan berpikir untuk menyamakanpemahaman mencapai tujuan, dan Melatih toleransi.

Manajemen Organisasi Santri
Istilah manajemen juga tidak asing terlebih di lingkungan Pondok Pesantren. Secara luas manajemen diartikan sebagai ilmu atau seni untuk mengelola ataupun mengatur sesuatu. Dalam software Kamus Microsoft Encarta 2009, banyak definisi dari manajemen yang berasal dari bahasa ingris yaitu management. Defenisi-definisi tersebut  meliputi, management  is administration of business, management is managers as group, management is handling of something successfully, dan management is skill in handling or using something.
 Definisi-definisi tersebut masih tergolong cukup luas, karena masih dalam lingkungan administrasi bisnis, hubugan kolektivitas manajer dan pegawainya, dan seterusnya. Pawit M Yusup (2012:10) masih dalam buku yang sama mendefinisikan bahwa “manajemen adalah seni mengelola sumber daya yang tersedia, misalnya orang, barang, uang, pikiran, ide, data, informasi, infrastruktur, dan sumber daya lain yang ada di dalam kekuasaannya untuk dimanfaatkan secara maksimal guna mencapai tujuan organisasi.”
Melalui definisi tersebut, jika kita mendefinisikan Manajemen Organisasi Santri, merupakan seni mengelola sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan bersama dengan berdasar kepada aturan yang berlaku di Pondok Pesantren. Selain guru atau ustadz di Pondok Pesantren, santri merupakan sumber daya yang akan berdaya guna di masa depan. Sehingga sistem pendidikan di Pondok Pesantren harus benar-benar berpegang teguh terhadap ajaran keislaman dan keindonesiaan.
 Berpegang terhadap ajaran keislaman yang dimaksud, organisasi apapun yang ada dalam lingkungan Pondok Pesantren tidak boleh lepas dari ajaran keislaman. Karena dasar pemahaman di Pondok Pesantren adalah Islam. Berpegang terhadap ajaran keindonesiaan, karena Pondok Pesantren di Indonesia merupakan basis pendidikan tradisional bangsa Indonesia. Hal tersebut, juga termasuk dalam kualifikasi  mencintai Indonesia sebagai sebuah bangsa dan Negara, sebagaimana Rasulullah menyampaikan dalam haditsnya bahwa “Mencintai Negara/Bangsa adalah sebagian dari Iman.”
Organisasi santri bisa dikatakan solid jika prinsip-prinsip organsisasi bisa dijalankan dengan baik. Prinsip-prinsip tersebut meliputi Pertama, Penetapan tujuan yang jelas, Kedua,  Kesatuan perintah (the principle of unity of command), Ketiga, Keseimbangan, Keempat, Pendistribusian pekerjaan (the principle of distribution of work), Kelima, Rentang pengawasan (the principle of span of control), Keenam, Prinsip pelimpahan wewenang (the principle of delegation of authority), Ketujuh,  Prinsip departementasi (the principle of departementation), Kedelapan, Prinsip penempatan pegawai yang tepat (the principle of the right man in the right place), Kesembilan,  Prinsip koordinasi (the principle of coordination), dan Kesepuluh, Prinsip pemberian balas jasa yang memuaskan.  
Selain itu, organisasi santri yang baik adalah ketika rutinitas, kegiatan ataupun aktivitas organisasi di lingkungan Pondok Pesantren dijalankan dengan beretika, bermoral, dan berakhlaq mulia serta sadar akan peran dan fungsinya di dalam sebuah organisasi santri. Pentingnya nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, yang merupakan definisi dari “Etika” itu sendiri menjadi modal penting dalam berorganisasi (Bertenz, 2011:7).

Epilog
Layaknya sebuah organisasi santri, mengedepankan ajaran Islam adalah menjadi hal utama yang penting untuk di tekankan. Sebab berawal dari organisasi santri inilah, para santri bisa mengembangkan segala kreativitas mereka untuk menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Organisasi santri harus keluar dari kerangkeng perspektif bahwa Pondok Pesantren hanya bisa melahirkan alumni-alumni yang cupu, katro, dan tidak mengerti terhadap kehidupan di luar Pondok Pesantren. Organisasi santri harus bisa dan mampu merubah statemen dan perspektif tersebut, terlebih merubah dan membantah isu yang menganggap Pondok Pesantren adalah sarang dari adanya teroris.
Dari tulisan sederhana ini, penulis berharap Organisasi Santri harus bisa mandiri di tengah gejolak dan isu negatif terkait Pondok Pesantren. Mandiri yang dimaksud adalah kemampuan dalam berorganisasi untuk mengembangkan kemampuan, skill, berwawasan luas. Sehingga melalui organisasi santri inilah, lahir cendikiawan-cendikiawan muslim yang unggul.

Bahan Bacaan:
Bertenz, K. 2011. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Encarta Electronic Encyclopedia. 2009. Knowledge Management. Microsoft Corporation.
Jailani, Abd. Qadir. 2010. Menatap Masa Depan Bangsa. Madura: Kajian Waraal Qitor (KWQ).
Yusup, Pawit M. 2012. Perspektif Manajemen Pengetahuan Informasi, Komunikasi, Pendidikan, dan Perpustakaan. Jakarta: Rajawali Pers.
  









[1] Makalah disampaikan dalam Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) dengan tema “Be Breave and Responsible Leaders” di Pondok Pesantren Al-Aqsha Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor Sumedang, pada hari Senin 10 November 2014.
[2] Lihat, Makalah Zainullah Rois, berjudul “Pemimpin Sebagai Organisator” disampaikan dalam Pelatihan Kepemimpinan Manajemen dan Organisasi (PKM) di TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura Pada 12  Februari 2009. 

Label: