Minggu, 28 April 2013

Keberagaman Kenangan

#Bagi Saya Part 4
Kenangan di masa lalu adalah titian keberagaman yang menjadikan diri kita berbeda dengan yang lain. Setidaknya kita telah melalui keberagaman itu, hingga terkadang kita tidak tahu seberapa beragamkah kenangan di masa lalu yang telah kita lalui. Yang kita ingat saat ini, itu hanyalah sebagian kecil keberagaman kenangan yang menepi dalam diri kita. Bahkan mungkin, ingetan kita tentang keberagaman kenangan itu hanyalah beberapa persen saja.

Pernahkah kita mengingat, bagaimana dulu kita terjatuh dan kemudian bangkit kembali ketika kita belajar berjalan? Atau, masih ingatkah kita dulu bagaimana kita belajar mengeja setiap deret kata yang diajarkan orang-orang di sekitar kita? Dan masih ingatkah kita, bagaimana dulu kita terbata-bata membahasakan bahasa yang sebelumnya kita tidak pernah tahu apalagi mengenalnya.

Tapi yang jelas, kita telah melalui banyak hal dalam kehidupan kita. Itulah yang kemudian saya simpulkan sebagai keberagaman kenangan dalam hidup.

Hidup ini, pada dasarnya adalah kumpulan keberagaman kenangan di masa lalu. Kita hanya menyedunya menjadi sebuah kompleksitas kehidupan. Ketika kita tidak sempat mengingat keberagaman kenangan yang sangat kompleks itu. Sebetulnya, kita telah melupakan diri kita dari eksistensi yang sebenarnya.

Di saat kita hanya mengingat keberagaman kenangan dari sudut pandang keindahannya, maka justru kita telah semakin terperosok dalam keindahan dunia yang semu ini. Sebab, kehidupan yang saat ini tengah kita jalani merupakan fase perjuangan melewati berbagai rintangan terdahulu. Dari semenjak awal benih-benih kehidupan tumbuh, kita telah mengalahkan ribuan atau bahkan jutaan saingan kita.

Maka, apakah kita akan menyerah dengan berbagai rintangan dan persoalan yang tengah kita hadapi saat ini. Semoga saja tidak...!

Kamis, 25 April 2013

KENCAN YANG TERTUNDA


Aku menunggumu cukup lama, Esha
Hingga tak terhitung berapa detik kuhabiskan dengan sebungkus rokok dan kopi ABC mocca,
Pun dengan “Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken”nya Jostein Gaarder yang baru aku pinjam

Pagi tadi, waktu kita berselancar di dunia maya
Kau bilang: Dua jam lagi kau akan menyambangi “Batoe Api”
Di waktu itulah, aku temukan tumpukan buku di rak-rak tua
Tapi, tak jua kutemukan wajahmu di sana

Tak apalah, hidup memang selalu begitu, dinamis.

Dua jam berlalu,
Rokok dan kopi ABC mocca sudah tiada sisa
Tapi, kau tak jua tampak di muka.

Entah sudah halaman keberapa Jostein Garder menyihiri diamku
Kalau nanti kau datang ke “Batoe Api” hari ini
Dan tak melihatku duduk termangu, mungkin aku sudah pulang waktu itu
Mungkin juga kau masih dapati bungkusan rokok dan sisa kopi ABC moccaku
yang masih tertinggal di sana.

Kencan yang tertunda,
Meski sedikit kecewa, tapi itu tak memudarkan pesonamu
Ya, mungkin di lain waktu, kita masih bisa mengatur jadwal kencan kita yang tertunda siang ini.

Sabtu, 30 Maret 2013 

#Bagi Saya

#Bagi Saya Part 1
Bagi saya, mencoba menjadi yang terbaik walaupun bukan yang terbaik adalah sebuah proses menghargai yang semestinya kita hargai. Tidak masalah bagaimana hasilnya, tapi yang lebih penting bagaimana kita menjalani sebuah proses itu semaksimal mungkin.

Bagi Saya, gagal bukan akhir dari segalanya, tetapi awal dari semuanya. Ketika kita gagal, dan kita berhenti menjalani proses itu, sebenarnya kita telah menyia-nyiakan eksistensi kita. Terus melangkah menjalani proses, merupakan jembatan penghubung bagi harapan dan keinginan kita. Kita masih punya agenda besar dalam hidup, setiap kita mempunyai agenda hidup yang berbeda. Sudah saatnya kita mengenali agenda besar dalam hidup kita.

Bagi saya, hidup itu sangat sederhana. Tapi jangan menyederhanakan hidup. Hidup itu sangat sederhana, tapi yang jelas hidup itu bukan hanya perihal kesederhanaan. Hidup itu sangat sederhana, dan Bagi Saya, Bersyukur, mengenali agenda hidup, menjalani proses dengan maksimal, menjadi hidup yang sangat sederhana ketika menyadari itu semua.

Bagi saya, memilih tidak harus beralih. Memilih tidak harus tersisih. Dan memilih tidak harus tertatih. Tapi tertatih dalam berproses adalah pilihan. Sebab, pilihan terbaik adalah pilihan itu sendiri.


#Bagi Saya--Part II
Diam bukan menjadi jalan terbaik jika kita ingin berproses. Bergerak, itulah yang seharusnya terjadi ketika kita ingin berproses. Diam, sebetulnya bukan pilihan terbaik. Sebab diam hanya akan melahirkan kerisauan dan kejenuhan. Tatkala diam menjadi pilihan, yang ada hanya ketidak pastian. Maka nyatakan dan katakanlah jika itu benar. 

Jangan mengira diam itu hikmah, ketika kita tidak tahu apa itu hikmah. Maka, jangan sekali-kali diam ketika kita ingin berproses untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Untuk itulah, nyatakan dan katakanlah apa yang semestinya diucapkan dan disampaikan jika itu benar.

Diam hanya akan melahirkan kebisuan belaka. Sebab hidup tidak terlahir dari kebisuan. Hidup ini semestinya harus terus bergerak mengejar poros kehidupan yang sebenarnya. Tatkalah diam menjangkit dalam diri. Maka segeralah beralih untuk bergerak.

Sebuah guyonan tetangga kost tempo hari, terkait diam. "Dek, kalau kamu suka sama perempuan, katakan kalo kamu suka. Nanti keduluan orang lo. Jangan simpen di hatimu kalo kamu suka, diam itu neraka terkadang dek". Jadi ingin ketawa rasanya, tapi kata-katanya sangat filosfis. Tapi memang, perihal menyampaikan dan menyatakan tidak segampang menggigit jari. Semoga kita termasuk orang-orang yang mudah menyampaiakn, mengatakan, dan mengutarakan jika itu benar.


#Bagi Saya Part 3
Tidak akan pernah ada sebuah jawaban, sebelum pertanyaan-pertanyaan datang mengharap sebuah jawaban dan penyelesaiannya. Hidup ini sangat indah, tapi saya tidak pernah ingin mengindahkan hidup ini dengan kesia-siaan. Toh, keberadaan saya justru selalu menjadi sebuah tanda tanya dan persoalan. 

Kenapa saya harus terlahir? Kenapa saya harus berada di sini (di tempat yang justru jauh dari tempat kelahiran) ?-- Berbagai persoalan dan pertanyaan yang saya sendiri sulit untuk menjabarkan jawabannya.

Awalanya, setiap orang menginginkan kesempurnaan. Bekerja dengan sempurna, Belajar dengan sempurna, Bermasyarakat dengan sempurna, Berekonomi dengan sempurna, Berkeluarga dengan sempurna, Bersahabat dengan sempurna, dan bahkan awalnya Berpolitik dengan sempurna.

Semuanya serba sempurna. Apa yang istimewa dengan kesempurnaan? Bahagiakah, senangkah, indahkah, atau apakah yang mengistimewakan kesempuranaan itu?

Saat ini, berbagai persoalan itu bahkan telah hilang keberadaannya. Yang ada, hanya keindahan yang dibuat-buat. Bukan malah jawaban dan penyelesaian yang terlahir, tetapi keindahan membawa petaka yang terlahir.

Bagaimana akan muncul jawaban, sedang pertanyaan dan persoalan itu tidak terbenak. Dan mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya, yang ada mungkin hanya keindahan semu.

Sebagai perbandingan, ada sebuah penelitian sederhana terkait perkembangan remaja modern. Mulanya, peneliti tersebut tidak mempercayai akan perubahan sikap dan mental remaja karena perkembangan teknologi dan informasi. Dengan asumsi, "remaja tidak akan berubah sikap, perhatian, dan semangatnya kendatipun perkembangan teknologi informasi sudah mendunia".

Setelah peneliti itu menemukan kejanggalan terkait uji hipotesisnya, Peneliti itu kemudian menemukan rumusan, dan dengan kagetnya penelti itu terhadap apa yang dihasilkannya. Ternyata, remaja akan cepat berubah sikap, perhatian, dan semangatnya ketika teknologi informasi menjadi sumbu keindahannya.

Keindahan itu tidak sebatas keindahan itu sendiri, sebab keindahan sebetulnya bukanlah keindahan. Tapi sebuah ketidak pastian yang dipaksa masuk menjadi sesuatu yang indah.

Mari mulai berpikir untuk memunculkan berbagai persoalan dan pertanyaan, sebuah keniscayaan jawaban dan penyelesaian itu akan terlahir.