Rabu, 27 Juni 2012



Judul Buku       : Indonesia Timur Tempo Doeloe 1544-1992
Judul Resensi   : Berziarah ke Indonesia Timur tahun 1544-1992
Penulis             : George Miller
Penerbit           : Komunitas Bambu, Januari 2012
Ukuran            : 15,5 x 24 cm
Tebal               : 440 hlm.
Harga              : 110.000
ISBN                 : 978-602-9402-01-8

Berziarah ke Indonesia timur menjadi hidangan bacaan yang sangat spesial, penuturan George Miller dalam bukunya “Indonesia Timur Tempo Doeloe 1544-1992” merupakan sebuah karya fenomenal dalam melacak akar sejarah para pelancong modern dari barat yang menjelajah kawasan Indonesia Timur.  
     Cerita para penjelajah Indonesia Timur dari barat, sudah menyebar luas di kalangan penjelajah dan pembesar kerajaan di barat pada masa itu. Hampir selama 500 tahun, barat yang dalam hal ini banyak dibintangi bangsa Eropa telah singgah di kawasan ini.
     Miller menulis dalam sebuah kata pengantar bukunya, bahwa “Indonesia Timur merupakan suatu daerah yang secara geografis mencakup Sulawesi (atau celebes), Kepulauan Sunda Kecil, Timor, Maluku, Irian Barat [nama Irian Barat digunakan sejak 1969-1973 kemudian diganti menjadi Irian Jaya, sekarang Papua], dan sejumlah pulau kecil lain yang letaknya berdekatan dengan pulau-pulau besar tersebut” (hlm. xxi).
     Membaca buku Miller ini, serasa mengunyah sebuah makanan renyah dan rasanya sungguh lezat. Indonesia Timur dalam rentan waktu 1544-1992 memang menjadi sebuah tempat impian para pelancong dan penjelajah dunia untuk singgah di tempat ini. Keindahan dan kemolekan tempat ini telah merayu mereka untuk singgah ataupun sekedar berlibur. Kendatipun demikian, sebagian para pelancongn dan penjelajah pada waktu itu juga tertarik singgah karena kekayaan alamnya yang melimpah.
     Sebagai seorang pustakawan senior Australian National University yang juga ahli sejarah Asia Timur dan Asia Tenggara, Miller telah berhasil meramu sebuah tulisan yang sangat kompleks mengenai Indonesia Timur. Tulisan yang diramu dari berbagai sumber yang notabenenya adalah catatan-catatan dan cerita para penjelajah dari barat yang pernah singgah di tempat ini. Menjadi sebuah kisah dan cerita yang memiliki cita rasa tinggi dan sangat menarik yang diuraikan dalam sebuah buku.
     Seperti sebuah kisah yang ditulis Francis Fletcher, seorang pendeta yang ikut dalam sebuah penjelajahan panjang bersama  Francis Drake yang diberi judul Berkah dan Tragedi Sepanjang Jala. cerita ini berkisah tentang Francis Drake, seorang pelaut termasyhur di zaman Elizabeth. Dalam kisahnya Drake merasakan sebuah pengalaman yang sangat berharga, sebuah pengalaman yang berkah dan mengalami berbagai tragedi. Berkah karena mendapat sambutan hangat dari penduduk pribumi, dan tragedi karena ancaman maut tidak luput dari perjalanannya selama  menjelajah dan mengarungi wilayah Indonesia Timur (hlm. 9).
     Persinggahan Drake beserta awak kapalnya di wilayah Indonesia Timur disambut hangat oleh Sultan Babullah, yang pada waktu itu menjabat sebagai Raja Ternate. Drake dalam kisahnya juga ikut andil dalam menyingkirkan portugis dari ternate, yang kemudian portugis bermukim di Ambon.  Hanya saja setelah meninggalkan Maluku dan menemukan sebuah pulau yang ia tinggali selama 26 hari, Drake dan semua awak kapalnya meninggalkan pulau tersebut. Celakanya baru saja angkat jangkar meninggalkan pulau tersebut (pulau kepiting), kapal mereka menabrak sebuah beting atau batu menyerupai karang yang berada di perairan dekat pantai. Sehingga Drake dan semua awak kapalnya nyaris celaka (hlm. 9).

     Cerita yang tak kalah menarikanya dalam buku ini, seperti cerita yang berjudul “Berburu Komodo” yang ditulis oleh W. Douglas Burden. Pulau komodo yang diceritakan merupakan sebuah pulau kecil yang sedikit orang tahu, selain beberapa nelayan mutiara dan pangeran dari Mcklenburge yang sempat singgah dan menetap di pulau ini pada waktu itu. Awalnya hewan besar komodo dianggap sebagai monster oleh penduduk sekitar waktu itu, karena memang sebelumnya masih jarang orang yang meneliti tentang komodo dan tempat itu. Menariknya, tempat ini terdapat hewan besar yang disebut komodo yang mirip buaya besar sebelumnya, yang pada akhirnya para penjelajah yang singgah di pulau ini berhasil menangkap dan menelitinya (hlm. 217-226).
     Selain kedua cerita dan kisah tadi, masih banyak lagi berbagai cerita dan kisah yang ditulis. Sebenarnya dalam buku yang diberi judul “Indonesia Timur Tempo Doeloe 1544-1992” terdapat 28 kisah yang ditulis oleh mereka yang pernah melakukan ekspedisi dan penjelajahan ke wilayah Indonesia Timur. Dari 28 kisah tadi dibagi dalam 6 tema yang meliputi kisah tentang Saudagar Rempah, Para Misionaris dan Pelaut, Kaum Naturalis Abad Ke-19, Petualangan dan Wisata Abad ke-20 di Masa Perang Dunia, Penjelajah dan Wisatawan Abad ke-20, serta Di belakang Garis Pertahanan Musuh.
     Hanya saja, wilayah Indonesia Timur yang dulunya menjadi surganya para pelancong dan penjelajah barat yang banyak dibintangi bangsa Eropa, seakan telah menjadi cerita dan sejarah masa lalu. Saat ini wilayah Indonesia Timur menjadi wilayah yang termarjinalkan karena kurang perdulinya pemerintah terhadap wilayah tersebut. Penduduk dan masyarakatnya seakan tidak dianggap keberadaannya, seperti halnya Papua yang kaya sumber daya alamnya yang melimpah. Akan tetapi penduduk pribuminya tidak bisa merasakan nikmatnya kekakayaan sumber alam yang mereka miliki, melainkan orang asing yang meraup kenikmatan tersebut. Begitupun dengan masyarakat dan penduduk yang berada di daerah perbatasan (baca:Kalimantan timur). Meraka seakan tidak merasakan sejatinya sebuah kemerdekaan. Entah bagaimana kelanjutan cerita dan kisah mereka.
     Terlepas dari semua itu, 28 cerita dan kisah tentang Indonesia Timur dalam kurun waktu 1544-1992, yang diramu oleh George Miller ke dalam sebuah buku,  menjadi kisah inspiratif dan layak untuk dibaca oleh berbagai kalangan, khususnya akademisi dan praktisi pendidikan dan sejarah Indonesia. Walaupun buku ini bukan merupakan buku sejarah, hanya saja buku ini telah berhasil menjadi ramuan bacaan yang sangat menarik. Selamat membaca. 

Jumat, 15 Juni 2012

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DIANTARA INDIVIDU BERBEDA BUDAYA (INTERCULTURAL COMMUNICATION)



A. Pendahuluan
Melakukan sebuah komunikasi yang baik dengan orang lain, pada dasarnya adalah harapan setiap orang. Setiap orang meyakini bahwa komunikasi yang  baik, yang dibangun oleh setiap orang  akan menjadikan hubungan diantara pelaku komunikasi tersebut akan terjalin dengan baik pula. Dalam komunikasi sebenarnya tidak hanya pesan yang ingin disampaikan, kepada si penerima pesan, begitupun dalam kadar hubungna komunikasi interpersonal, yang menentukan bukan hanya “content” tetapi, “relationship” juga menentukan dalam komunikasi. Walaupun kadar hubungan interpersonal yang terjalin di dalamnya berbeda. 
  Komunikasi interpersonal sebagai bagian dalam lingkup komunikasi (system) tidak hanya menjadi pandangan manusia dalam menyikapi komunikasi. Keberadaan komunikasi interpersonal selalu saja menjadi urgen, karena kita sebagai manasia selalu dan selalu melakukan kegiatan dan aktifitas komunikasi interpersonal tersebut. Meskipun terkadang kita tidak menyadari hal tersebut. 

Read More »

Label: ,

PERAN USES AND GRATIFICATION DALAM KOMUNIKASI MASSA

Oleh: Abd. Qadir Jailani 
Perkembangan komunikasi massa bukan menjadi hal yang baru lagi di berbagai kalangan, begitupun dengan perkembangan media massa yang lambat laun menjadi bagian dari perjalanan kehidupan manusia, baik dalam tatanan sosial, politik, ekonomi dan sebagainya. Keberadaan media massa seakan menjadi wajib keberadaannya di tengah kehidupan manusia terkini.
Kalau dulu, keberadaan media massa tidak segencar dulu peranannya, namun saat ini keberadaan media menjadi nafas dari sebuah perjalanan kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Tentunya pertanyaan yang dulu sering dilontarkan banyak pihak mengenai apa yang mendorong kita untuk menggunakan media, bukan lagi menjadi pertanyaan yang esensial sekali, karena keberadaan dari media itu sendiri sudah mewakili jawaban dari pertanyaan tersebut.
Read More »