Minggu, 06 April 2014

HOW TO BECOME EFFECTIVE COMMUNICATOR

Steve Jobs
Pada dasarnya, perjalanan kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas dengan realisasi komunikasi dalam kehidupan. Tidak bisa dibayangkan, jika seluruh manusia tidak bisa melakukan tindakan komunikasi dalam kehidupan mereka, dalam berbagai bentuk komunikasi, maka dunia ini tidak akan pernah ada yang namanya kehidupan. Komunikasi seakan menjadi kebutuhan yang tidak bisa dielakkan lagi, dan harus segera dipenuhi. 

Makhluk hidup, khususnya manusia setiap detik (second) tidak terlepas dari yang namanya tindakan komunikasi. Hewan dan manusiapun sama-sama berkomunikasi dalam kehidpan mereka. Hanya saja, komunikasi yang ada dalam tatanan kehidupan manusia hanya sebatas interaksi yang dilakukan kedua belah pihak atau lebih, antara manusia yang satu dan yang lainnya. Namun, tidak hanya itu pula komunikasipun bisa terlaksana jika tidak ada interaksi yang baik antara kedua belah pihak atau lebih. [1]

Dalam kajian kali ini, penulis memberi judul “How To Become Effective Communicator,” bagi penulis kajian ini cukup penting untuk dikaji. Tulisan ini dimaksudkan untuk menemukan sebuah kerangka teori mengenai bagaimana menjadi komunikator yang efektif? Dalam kenyataannya, tingkat komunikasi yang ada dalam diri manusia berbeda-beda.

Rujukan utama yang penulis ambil dalam tulisan ini, mengarah terhadap teori-teori yang dikemukan oleh para ahli, seperti Aristoteles, dan beberapa ahli lainnya. Penulis juga mengambil rujukan dari buku, seperti Filsafat Ilmu Komunikas, yang ditulis oleh Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si., dan Bambang Q-Anees, M.Ag., Komuniksi Efektif (suatu pengantar lintas budaya), yang ditulis oleh Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., dan berbagai referensi lainnya, seperti catatan mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi.

Rumusan masalah yang penulis tawarkan di sini, mengenai berbagai pengertian tentang Good Sense, Good Moral, dan Good Character. Dengan harapan, supaya tulisan ini bisa menjadi rujukan dalam kepenulisan mengenai komunikasi selanjutnya.

Menjadi Komunkator Efektif
Pada sebuah keterangan, George Herbert Mead, mengatakan bahwa, setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui ineraksi dengan orang lain dalam masyarakat. Tanpa sadar, terkadang manusia melakukan tindakan
komunikasi, tapi dia tidak tahu esensi dari apa yang dikomunikasikannya. [2]

Maka dari itulah, menjadi komunikator efektif harus benar-benar dipenuhi, jika kita ingin tindakan komunikasi yang kita realisasikan dapat menghasilkan sesuatu. Aristoteles dalam teorinya menyatakan, untuk menjadi komunikator yang efektif, ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh seorang komunikator, yaitu, seorang komunikator harus memiliki yang namanya Good Sense, Good Moral, dan Good Character. [3]      

Dalam sebuah keterangan, Good Sense, didefinisikan sebagai tindakan berperasaan yang harus dimiliki oleh seorang komunikator. Good Sense di sini, diartikan, seorang komunkator harus memiliki perasaan yang baik, santun dan sebagainya. Sehingga, tindakan komunikasi yang dilakukan bisa terpenuhi dengan baik. [4]  

Good Moral, sepintas ketika kita mendengar istilah moral, maka yang terlintas dalam benak kita adalah sikap, sopan santun, akhlak, dan sebagainya. Mohammad Zamroni, menjelaskan bahwa, perkataan moral berasal dari bahasa latin mores. Mores berasal dari kata Mos yang memiliki arti kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Dari itulah, kesimpulannya, moral diartikan sebagai sebuah ajaran kesusilaan. Sedangkan, dalam teori komunikasi Good Moral, dideskripsikan sebagai sebuah tindakan komunikator yang harus bersusila, sopan, dan ber-akhlakul karimah. [5]  

Sedangkan, Good Character, diartikan, seorang komunikator harus memiliki karakter yang baik. Maka, ketika ketiga syarat tersebut bisa dipenuhi, tentunya menjadi komunikator yang efektif bisa terpenuhi.

Dengan demikian, menjadi komunikator yang efektif, berdasarkan teori yang dipaparkan oleh Aristoteles, bukan menjadi hal yang sulit dipenuhi. Untuk itulah, signifikansi dari adanya komunikasi tidak hanya terpaku kepada interaksi kedua belah pihak atau lebih, melainkan harus bisa memenuhi ketiga syarat yang ditawarkan oleh Aristoteles tadi.
           

Daftar Pustaka

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q. Anees, 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset.
Qadir Jailani, Abd, 2011. Pengantar Ilmu Komunikas;Definisi, Fungsi, Ruang Lingup, dan Komponen Komunikasi. Bandung.
Zamroni, Mohammad, 2011. Filsafat Komunikasi, Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: Graha Ilmu.





[1] Lihat, Abd. Qadir Jailani. Pengantar Ilmu Komunikas;Definisi, Fungsi, Ruang Lingup, dan Komponen Komunikasi. 2011.
[2] Dengan kata lain, tindakan komunikasi itu selalu dan selalu ada dalam tatanan kehidupan manusia. Mustahil manusia bisa hidup tanpa komunikasi. Untuk saat ini, benar adanya jika komunikasi diibaratkan seperti nafas yang harus dihirup oleh manusia setiap waktu, begitupun dengan komunikasi. Untuk lebih jelasnya, Lihat, Abd. Qadir Jailani. Pengantar Ilmu Komunikas;Definisi, Fungsi, Ruang Lingkup, dan Komponen Komunikasi. 2011., dan Elvinaro Ardianto & Bambang Q. Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset, Januari 2007. Hlm. 3
[3] Pada sebuah mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi (09/11), Prijana, Drs, M.Si., mengatakan bahwa Aristoteles menyatakan, seorang komunikator yang efektif harus memenuhi tiga syarat utama, yaitu, good sense, good moral, dan good character. 
[4] Keterangan tersebut diambil dalam sebuah mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi (09/11), bersama Prijana, Drs, M.Si.
[5]Lihat, Mohammad Zamroni. Filsafat Komunikasi, Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Hlm.206.